Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang
2.1.1
Kapabilitas Pemasaran
Kapabilitas
pemasaran (marketing capabilities)
dipandang berpotensi menjadi salah satu konsep pokok di dalam disiplin
Pemasaran yang dapat diandalkan untuk menghadapi peningkatan kompleksitas
fenomena bisnis
mass depan. Namun upaya pengembangan dan formalisasi terhadap konsep yang turut
dipopulerkan oleh
Vorhies and Harker (2000) dalam
Hadiwidjojo, et al., (2011) tersebut tampak masih
belum digiatkan oleh pars peneliti
Pemasaran
Akademis.
Kapabilitas pemasaran dapat diartikan sebagai proses terintegrasi yang dirancang untuk menerapkan kumpulan pengatahuan, ketrampilan dan sumber daya perusahaan bagi usaha yang terkait dengan kebutuhan pasar. Kapabilitas pemasaran memungkinkan bisnis atau perusahaan memberikan nilai tambah dan menciptakan nilai bagi pelanggan serta menjadi kompetitif. Sudut pandang berdasar sumber daya perusahaan menganjurkan hasil yang diharapkan pencapaian kinerja yang unggul dan bersaing. Keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui kepemilikan aset penting atau kapabilitas (Barney, 1991:1) dalam Suryanita (2006:16).
Kapabilitas pemasaran dapat diartikan sebagai proses terintegrasi yang dirancang untuk menerapkan kumpulan pengatahuan, ketrampilan dan sumber daya perusahaan bagi usaha yang terkait dengan kebutuhan pasar. Kapabilitas pemasaran memungkinkan bisnis atau perusahaan memberikan nilai tambah dan menciptakan nilai bagi pelanggan serta menjadi kompetitif. Sudut pandang berdasar sumber daya perusahaan menganjurkan hasil yang diharapkan pencapaian kinerja yang unggul dan bersaing. Keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui kepemilikan aset penting atau kapabilitas (Barney, 1991:1) dalam Suryanita (2006:16).
Perusahaan
secara potensial memiliki akses pada kapabilitas pemasaran yang berbeda (Day,
1994:49). Studi Fay, et al., (2000:65) dalam Suryanita (2006:16) hanya
mengkhususkan diskusi pada tiga kunci kapabilitas pemasaran yaitu orientasi
pasar, batas waktu dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan dan
positioning. Weber (1992) menggolongkan dalam dua criteria pertama sebagai
gambaran kondisi tingkat perusahaan atau kapabilitas secara keseluruhan dan
criteria terakhir sebagai unit bisnis yang menuntun dan mempengaruhi tindakan
pemasaran sebuah perusahaan.
Tzokas,
et al., (2001) dalam Hadiwidjojo, et al., (2012) menyatakan bahwa kapabilitas
pemasaran adalah kemampuan perusahaan dalam melakukan berbagai fungsi
pemasaran. Variabel kapabilitas pemasaran diukur dengan enam indikator yakni
penelitian pasar, distribusi, penetapan harga, pengembangan produk, promosi/komunikasi
pemasaran dan manajemen pemasaran.
2.1.2
Kinerja Pemasaran
Kinerja pemasaran merupakan elemen penting dari kinerja
perusahaan secara umum karena kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari
kinerja pemasarannya selama ini. Kinerja pemasaran merupakan konsep untuk
mengukur prestasi pemasaran suatu perusahaan. Setiap perusahaan berkepentingan
untuk mengetahui prestasinya sebagai cermin dari keberhasilan usahanya dalam
persaingan pasar. Slater dan Narver (1995, p. 61) dalam Ismawanti
(2008) menggambarkan
hasil dari penerapan strategi perusahaan diantaranya berupa kepuasan konsumen,
kesuksesan produk baru, peningkatan penjualan, dan profitabilitas
perusahaan. Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang umum digunakan
untuk mengukur
dampak penerapan strategi perusahaan.
Namun demikian, masalah pengukuran kinerja menjadi permasalahan
dan perdebatan klasik karena sebagai sebuah konstruk, kinerja pemasaran
bersifat multidimensional yang mana di dalamnya termuat beragam tujuan dan
tipe organisasi. Oleh karena itu kinerja sebaiknya diukur dengan menggunakan
berbagai kriteria pengukuran sekaligus (multiple
measurement).
Jika menggunakan pengukuran dengan kriteria tunggal (single
measurement)
maka tidak akan mampu memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana kinerja
suatu perusahaan itu sesungguhnya (Prasetya, 2002, p. 227).
Kinerja pemasaran adalah hasil yang
dicapai perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen (Vorhies, et al., 1999;
Vorhies & Harker, 2000; Vorhies, 1998). Variabel ini diukur dengan empat
indikator yakni kepuasan pelanggan (customer
satisfication); penyampaian nilai (customer
value delivery); efektivitas program pemasaran (efectivieness marketing program) dan kesuksesan produk baru (new product success).
2.2
Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung
berbagai kajian teori, berikut ini dicantumkan beberapa hasil penelitian
terdahulu sebagai landasan empiris bagi peneliti seperti tertera pada tabel
2.1. (maaf tabel tak bisa ditampilkan).
2.3
Kerterkaitan Antar Variabel
2.1.1
Pengaruh
Orientasi Pembelajaran terhadap Kinerja Pemasaran
Para
peneliti sebelumnya menggarisbawahi bahwa orientasi pembelajaran ada hubungan
kuat dengan kinerja perusahaan (Stewart & Mavondo, 2004; Sinkula, et al., 1997; dan Farrel, 1999). Farrel
(1999) bahkan secara gambalang menyatakan orientasi pembelajaran berhubungan
secara positif (signifikan) dengan komitmen organisasi, kebersamaan dan inovasi
organisasi. Hasil ini juga didukung Sadler-Smith, Spicer dan Chaston (2011)
yang menunjukkan secara empiris bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi dimiliki
oleh perusahaan manufaktur yang lebih aktif orientasi pembelajarannya yang
membuat lebih baik dalam menggunakan aset pengatahuan dibandingkan dengan
pesaingnya dengan pertumbuhan yang lebih rendah. Hulth, et al., (2004)
menunjukkan bahwa hubungan positif antara orientasi pembelajaran dan kinerja
pemasaran.
Namun, sesungguhnya orientasi pembelajaran bisa
menimbulkan masalah karena inside-out
orientation (Day, 1994). Temuan Day (1994) searah dengan temuan Halim (2011:478)
yang menyatakan hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kinerja
pemasaran tidak terdapat cukup bukti secara empiris bahwa semakin kuat
orientasi pembelajaran maka kinerja perusahaan semakin tinggi.
2.1.2
Pengaruh Orientasi Pembelajaran terhadap Kapabilitas
Pemasaran
Celucha, et al., (2002) secara empiris
menunjukkan bahwa mananjer yang menganggap perusahaan mereka memiliki orientasi
pembelajaran lebih tinggi menemukan bahwa sistem informasi dan kemampuan
pemasarannya lebih baik. Sebagai orientasi pembelajaran yang berusaha memahami
pasar mereka, mereka mengembangkan aturan-aturan untuk memproses informasi yang
akan mempengaruhi organisasi internal dan eksternal (Sinkula, et al., 1997; Calantone, et al., 2002).
Tindakan-tindakan
eksternal merujuk kepada produk, promosi, distribusi dan strategi harga serta
taktik yang semuanya merupakan bagian dari kapabilitas pemasaran. Orientasi
pembelajaran secara positif meningkatkan informasi pasar dan penyebaran luasan
informasi yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat di mana perusahaan
melakukan perubahan strategi pemasaran (Hadiwidjojo, et al., 2011). Temuan ini senada dengan hasil penelitian Halim
(2011) yang menyatakan bahwa hasil analisis orientasi pembelajaran terhadap
kapabilitas pemasaran terdapat cukup bukti secara empiris bahwa semakin kuat
orientasi pembelajaran maka semakin tinggi kapabilitas pemasaran. Artinya
pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kapabilitas pemasaran memiliki
hubungan positif atau signifikan (Halim, 2011: 477-478).
2.1.3
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Pemasaran
Budaya
market-oriented diperlukan untuk membangun
dan mempertahankan kemampuan inti untuk
terus menciptakan nilai pelanggan yang superior. Hooley, et al. (1999); Slater & Narver,
(1993)
menemukan bahwa
kemampuan pemasaran dianggap lebih
penting daripada kemampuan operasional sehingga ketika perusahaan yang up-to-date
dengan
informasi tentang
pelanggan dan pesaing, perusahaan ini
mampu secara efektif menangani aktivitas pemasaran di dalam organisasi mereka. Dawes (2000) menekankan bahwa setiap komponen orientasi pasar sangat berhubungan dengan
profitabilitas. Setiap elemen memiliki
fitur yang unik dan untuk alasan utama
tersebut,
orientasi pasar dinilai berdasarkan tiga indikator (Tan & Smyrnios, 2004a). Studi empirik yang dilakukan oleh
Appiah-Adu
(1997) menemukan bahwa orientasi pasar berpegaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang sejalan dengan temuan penelitian Kumar, Subramanian,
& Yauger, (1998).
Halim (2012:477) menyatakan berdasarkan hasil analisis
pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan memiliki cukup bukti bahwa
secara empiris semakin kuat orientasi pasar maka akan semakin tinggi kinerja
pemasaran perusahaan.
2.1.4
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kapabilitas Pemasaran
Gounaris, et
al. (2004) mengidentifikasi bahwa perusahaan yang mengadopsi pendekatan
orientasi pasar secara sistematis melakukan riset pasar secara formal,
mengumpulkan dan menyebarkan intelijen keseluruh pasar perusahaan dan
menekankan perencanaan pemasaran
strategis. Selain itu, organisasi
ini cenderung melakukan segmentasi dan menyesuaikan produk, harga dan strategi
promosi agar sesuai dengan segmen sasaran. Orientasi pasar juga mempengaruhi
kontrol terhadap arah perusahaan dengan membuat perusahaan lebih fokus pada
pelanggan, pasar dan informasi yang terkait dengan produk, serta merespon
informasi yang dikumpulkan.
Dalam perusahaan
manufaktur dan jasa skala besar di Australia dan Amerika (Vorhies & Harker,
2000, 1999) menemukan orientasi pasar berpengaruh signifikan positif
kapabilitas pemasaran. Slater dan Narver (1994a) menyatakan bahwa budaya market-oriented
diperlukan untuk membangun dan mempertahankan kemampuan inti yang terus
menciptakan nilai pelanggan yang superior.
Halim (2011:478) menyatakan bahwa hasil analisis
pengaruh orientasi pasar terhadap kapabilitas pemasaran tidak terdapat cukup
bukti secara empiris bahwa semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka semakin tinggi kapabilitas pemasaran
perusahaan.
2.1.5
Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Kinerja
Pemasaran
Diversifikasi
produk dalam penelitian diukur oleh tiga indikator yakni nilai pemegang saham,
efisiensi investasi dan pendapatan manajerial. Diversifikasi produk menyebabkan
penurunan nilai pemegang saham terutama koperasi kredit/credit union kecil
namun menguntungkan efisiensi investasi dalam mengejar pendapatan manajerial
serta pengembangan segmentasi pasar dan peningkatan jumlah anggota (Wenerfelt
& Montgomery, 1998; Lang & Stulz, 1994; Berger dan Ofek, 1995;
Scharfstein, 1998; Siggelkow, 2003) dalam Goddard, et al., (2008). Hasil
penelitian Goddard, et al., (2008:1842-1844) menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara diversifikasi produk terhadap kinerja keuangan (kinerja
pemasaran) koperasi kredit.
Penelitian
Goddard, et al., (2008) searah dengan apa yang telah diteliti Oselia Keban,
(1999) yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara diversifikasi
produk terhadap volume penjualan yang dalam bahasa penelitian Halim (2012)
dinamakan kinerja pemasaran yang mencakup kepuasan pelanggan, penyampaian
nilai, efektivitas program pemasaran dan kesuksesan produk baru. Suendro (2010)
dalam penelitiannya juga menemukan pengaruh positif diversifikasi (inovasi)
produk terhadap kinerja pemasaran.
2.1.6
Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Kapabilitas
Pemasaran
Belum ada
peneliti yang menyebut secara langsung diversifikasi produk dalam kaitan dengan
kapabilitas pemasaran namun menyebutnya kekuatan pasar (market power view). Montgomery, (1994) dalam Harto (2005)
mengatakan terdapat tiga perspektif motif diversifikasi yakni pandangan
kekuatan (kapabilitas) pasar (market power view), sumber daya (resources based
view) dan perspektif keagenan (agency view). Pandangan kekuatan pasar melihat
diversifikasi produk sebagai alat untuk menumbuhkan anti kompetisi yang
bersumber pada kekuatan kongolomerasi.
Kekuatan
konglomerasi tentunya akan mengurangi kompetisi akibat dominasi usaha oleh
suatu perusahaan besar. Gribbin (1976) dalam Harto (2006) menyatakan bahwa
sebenarnya kekuatan konglomerat merupakan fungsi kekuatan (kapabilitas) pasar
dalam pasar individual. Kotler dan Amstrong (2008:71) menyatakan bahwa
diversifikasi merupakan strategi
perusahaan dengan cara memulai bisnis baru atau membeli perusahaan lain
di luar produk dan pasa perusahaan sekarang. Pendapat ini senada dengan
Tjiptono, Chandra dan Adriana (2008:148) dalam Khamidi, Fauzi, Suyadi (tanpa tahun) menyatakan bahwa
diversifikasi merupakan strategi mengembangkan produk baru untuk pasar baru
untuk mengoptimalkan kompetensi (kapabilitas) dalam meningkatkan volume
penjualan.
Dalam
penelitian Khamidi, et al., (tanpa tahun) menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan antara diversifikasi produk sebagai upaya peningkatan kompetensi
atau kekuatan pasar yang dalam penulisan ini menggunakan kapabilitas pemasaran
terhadap volume penjualan.
2.1.7
Pengaruh Kapabilitas Pemasaran terhadap Kinerja
Pemasaran
Perkembangan
yang baik tentang kemampuan pemasaran sangat penting untuk kegiatan pemasaran
dalam usaha pengumpulan informasi tentang kebutuhan pasar dan pemilihan
segmentasi target pasar (pasar kegiatan perencanaan); pengembangan layanan baru
untuk memenuhi kebutuhan segmen yang ditargetkan (melalui kegiatan pengembangan
produk); harga jasa/produk dan layanan komunikasi manfaat yang ditawarkan
kepada target pasar (Day, 1994).
Kegiatan
ini dapat dicapai melalui iklan/promosi atau penjualan personal (Vorhies &
Yarbrough, 1998; Tzokas, et al.,
2001; Weerawardana, 2003b). Perusahaan kecil/kewirausahaan (Chaston, 1998a)
dalam Hadiwidjodo, et al., (2011) menekankan bahwa kapabilitas
pemasaraan memiliki pengaruh besar terhadap kinerja pemasaran.
Halim
(2011:478) memberikan hasil penelitian yang menegaskan bahwa terdapat cukup
bukti secara empiris semakin tinggi kapabilitas pemasaran maka semakin tinggi
pula kinerja pemasaran perusahaan.
***
Diposting Malang, 26 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar