Oleh Kosmas Lawa Bagho
Menyongsong Hari Anak Nasional
tanggal 23 Juli 2015, Puskopdit Flores Mandiri menyelenggarakan pertemuan anak-anak insan koperasi kredit mulai tingkat
SD, SLTP dan SLTA yang diadakan di Hotel Puskopdit Flores Mandiri Ende sejak
tanggal 22-28 Juni 2015. Pertemuan dimaksud terbagi dalam dua gelombang.
Gelombang pertama diadakan sejak tanggal 22-24 Juni 2015 khusus tingkat SD dan
gelombang kedua tanggal 26-28 Juni 2015 untuk tingkat SLTP & SLTA. Mereka
semua melebur dalam satu payung Puskopdit Flores Mandiri.
“Kami mengucapkan selamat
datang dan berterima kasih kepada kalian yang telah meninggalkan kegembiraan
liburan di rumah masing-masing datang ke Puskopdit Flores Mandiri untuk mengikuti serangkaian kegiatan
peningkatan wawasan, pengahuan, ketrampilan dan pola sikap tentang koperasi
kredit sebagai media pembelajaran dan persiapan masa depan. Di sini, kalian
akan saling sharing untuk menjadi pribadi yang mandiri” demikian Mikhael H.
Jawa, manajer Puskopdit Flores Mandiri dalam membuka pertemuan anak-anak insan
koperasi kredit se-wilayah Puskopdit Flores Mandiri di Hotel Flores Mandiri
tanggal 22 Juni 2015 untuk gelombang pertama dan tanggal 26 Juni 2015,
gelombang kedua.
Membangun Anak yang Mandiri
Mikhael Hongkoda Jawa dalam
pemaparan materi “Menjiwai Wirausaha Sejak Usia Dini” dengan dialog yang sangat
menyenangkan untuk memancing pengertian dan pemahaman anak-anak generasi emas
koperasi kredit akan pentingnya membangun jiwa wirausaha sejak usia dini. Beliau
membuka pemaparan dengan pertanyaan menggugah cita-cita masing-masing anak.
Luar biasa bahwa mereka
mengutarakan tanpa beban cita-cita sebagai dokter, polisi, tentara, perawat dan
sebagainya dan tak satu pun yang bercita-cita menjadi pengusaha atau pebisnis
atau wirausahawan/i sukses. Semua pekerjaan yang diidam-idamkan anak-anak
umumnya berkonsentrasi pada kemampuan otak kiri. Mikhael mengarahkan anak-anak
untuk juga mengoptimalkan kemampuan otak kanan.
Mikhael memaparkannya dalam
bentuk cerita agar anak-anak lebih mudah mengikuti dan memahami dengan harapan
kelak mereka bisa menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan dan
berusaha menjadi wirausahawan-wirausahawati muda yang sukses dan mandiri.
Dengan demikian masa depan koperasi kredit akan terjamin.
“Si Jao adalah orang dominan
otak kiri. Ia terlalu banyak berpikir sehingga takut gagal, waswas dan kuatir.
Walaupun sudah dapat pinjaman modal, ia masih banyak pertimbangan dan takut
gagal. Bagaimana mau maju apabila ia tidak yakin akan berhasil?” tantang
Mikhael kepada anak-anak insan koperasi kredit pada tiga kabupaten yakni Ende,
Ngada dan Nagekeo.
Lebih lanjut, Mikhael
bercerita singkat, “Orang yang berpikir ala otak kanan justru langsung bisa berjualan
kue tanpa modal seper pun. Ini baru mantap. Anda bisa melakukan hal yang sam.
Apabila ingin membuka usaha atau mau menjadi pengusaha (wirausaha), jangan
menunggu modal terkumpul, terlalu lama. Lebih baik ikuti cara otak kanan,
mulailah usaha tanpa modal. Ayo, tunggu apalagi”, ajak Mikhael menggugah
optimisme generasi masa depan koperasi kredit.
Melalui cerita-cerita
tersebut, Mikhael menjelaskan tentang makna wirausaha. Wirausaha berasal dari
dua kata “wira” dan “usaha”. Kata wira artinya teladan, patut dicontohi
sementara usaha artinya kemauan keras, memperoleh manfaat. Wirausaha maksudnya
orang yang berkemauan keras dalam melakukan tindakan yang bermanfaat dan patut
menjadi teladan atau seseorang yang berkemauan keras dalam berbisnis yang patut
menjadi teladan hidup. “Apabila anak-anak menjadi wirausaha berarti orang yang
bekerja keras dan menjadi teladan hidup bagi orang lain”, tegas Mikhael
disambut antusias anak-anak dengan anggukan setuju.
Untuk memperdalam materi
wirausaha, Mikhael melanjutkan bahwa perlu sepuluh (10) semangat jiwa wirausaha
pada anak yakni jujur, gigih, kerja keras, tekun dan sabar, kreatif, berani
mengambil resiko, percaya diri, pantang menyerah, punya motivasi untuk berhasil
dan fleksibel.
Hal yang perlu didalami
anak-anak calon wirausahawan-wirausahawati adalah tahu secara jelas perbedaan
anak yang mandiri dan anak manja. Anak manja tidak akan menjadi wirausahawan/i.
Ciri-ciri anak-anak manja menurut Mikhael adalah cengeng atau terlalu
bergantung pada fasilitas orang tua, kurang kreatif atau enggan menggunakan
akal pikiran, sombong dan meremehkan orang lain, boros atau tidak menghargai
uang dan menggunakan kekayaan orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sementara anak mandiri yang
lebih berpeluang menjadi pengusaha dengan karakteristik cerdas dalam berpikir
dan bertindak (kreatif melakukan segala hal), cekatan (mudah melakukan segala
hal tanpa takut salah), hemat (lebih menghargai uang) dan memiliki sikap
prihatin (memahami kondisi ekonomi orang tua) serta kuat menghadapi rintangan
dan masalah.
“Anda kalian mau menjadi anak
mandiri atau anak manja?”, tanya Mikhael. Anak-anak serempak menjawab, “Anak
yang Mandiri” disambut tepuk tangan meriah seluruh peserta di dalam ruangan.
Mudah-mudahan jawaban anak-anak bisa memberikan harapan baru bagi gerakan
koperasi kredit/credit union masa depan yang lebih memikirkan usaha-usaha
produktif ketimbang hal-hal konsumtif seperti yang telah terjadi selama ini.
Berbagai Lomba
Anak-anak insan koperasi
kredit juga mengikuti berbagai lomba untuk menciptakan keseimbangan penggunaan
otak kiri dan otak kanan seperti perlombaan catur, mengetik 10 jari tanpa
melihat teks, lomba cerita dan pidato tentang koperasi kredit/credit union,
permainan pimpong dan pencatatan buku kas harian. Seluruh rangkaian kegiatan
ditutup dengan perayaan ekaristi bersama yang dipimpin oleh pastor Elias Doni,
SVD sebaagai pembimbing rohani gerakan koperasi kredit dibawah payung Puskopdit
Flores Mandiri.
***
Diposting Ende, 7 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar