Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang
2.3 Manfaat Ekspor Impor
Ekspor impor
dilakukan sebuah Negara apabila membawa asas manfaat baik bagi Negara maupun
bagi masyarakat pada suatu Negara dimaksud. Untuk apa, orang melakukan ekspor
impor apabila tidak mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi kedua atau lebih Negara
yang melakukannya.
Manfaat ekspor impor dibicarakan secara gamblang oleh Djamin,
1994:5 dalam Dini Ayu Novianingsih, 2011 sebagai berikut:- Keuntungan komparatif (comparative advantage). Keuntungan ini didasarkan pada hukum keuntungan komparatif yaitu suatu Negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan lebih besar dan mengimpor barang-barang yang darinya terdapat keuntungan lebih kecil.
- Sektor ekspor menjadi penggerak dari kebijakan perekonomian (leading sector).
- Ekspor merupakan sumber devisa bagi Negara apabila ekspor naik akan mengakibatkan penerimaan dalam negeri meningkat.
- Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibat permintaan barang-barang di pasar dalam negeri meningkat terjadi persaingan yang mendorong industri-industri dalam negeri melakukan inovasi dan efisiensi yang meningkatkan produktivitas.
- Perluasan kebijakan ekspor memudahkan pembangunan lantaran industri tertentu tumbuh dengan pesat.
- Kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam negeri serta menstabilkan harga pasar sehingga menekan lajunya tingkat inflasi yang akan melemahkan sektor industri atau sektor riil dalam negeri.
2.4 Strategi Ekspor Impor bagi Pertumbuhan Ekonomi
Strategi ekspor
impor bagi pertumbuhan ekonomi dikemukan oleh Rony Salomo, 2007 dalam Dini Ayu
Novianingsih, 2011 menyatakan bahwa perekonomian di seluruh belahan dunia yang
terjadi saat ini mengacu paa perekonomian terbuka, setiap Negara melakukan
ekspor impor untuk peningkatan kesejahteraan dan kemandirian.
Untuk itu,
menurutnya ada dua strategi Negara dalam melakukan ekspor impor sebagai
berikut.
1.
Strategi Industrialisasi Substitusi Impor. Penerapan strategi ini
umumnya terjadi pada Negara-negara berkembang terutama di Amerika Latin, Asia
Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.
Strategi ini berorientasi
pada penciptaan output untuk memenuhi pasar dalam negeri lantaran pasar luar
negeri sudah dikuasai oleh Negara-negara maju. Penerapan substitusi impor
didasarkan pada alasan bahwa secara hostroris ekspor impor berlangsung sebagai
mekanisme ketimpangan internasional yang merugikan Negara berkembang dan
menguntungkan Negara maju. Hal tersebut diatasi dengan membangun industri
substitusi impor yang diproteksi melalui fasilitas bea masuk terhadap
bahan-bahan mentah dan barang-barang modal. Ini dimaksudkan untuk mencukupi
kebutuhan domestik dalam jangka panjang dan menghemat devisa melalui penggantian
barang-barang impor dengan produksi dalam negeri.
2.
Strategi Industrialisasi Promosi Ekspor. Penerapan strategi ini
memungkinkan terciptanya arus modal internasional dan jariangan pertukaran
ketrampilan, teknologi dan manajemen. Juga untuk menciptkan kesempatan kerja
lebih besar dibandingkan dengan substitusi impor. Mekanisme strategi promosi ekspor
adalah melalui kebijakan ekspor yang netral yang mengandung liberalisasi
perdagangan. Inti dari strategi ini meningkatkan keunggulan bersaing untuk
menaikkan ekspor dengan memberikan perangsangan pada sektor ekspor dengan
kualitas barang dan jasa yang bersaing secara komparatif pada perdagangan
intenasional.
2.5 Hambatan Ekspor Impor
Pekerjaan apa pun di planet
bumi ini, meski memiliki tujuan dan manfaat yang mulia senantiasa menemukan
kerikil-kerikil tantangan di dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan kegiatan
ekspor impor. Ada berbagai tantangan atau hambatan yang menghadangnya. Untuk
berbicara tentang habatan atau tantangan ekspor impor dibicarakan Donall A.
Ball et al., 2014:134-135 dengan istilah dua belas kesalahan paling umum
dilakukan pengekspor baru:
1.
Gagal dalam meraih konseling ekspor berkualitas dan mengembangkan
strategi internasional utama dan penrencanaan pemasaran sebelum mulai sebuah
bisnis ekspor.
2.
Komitmen manajemen puncak yang tidak memadai untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan awal dan kebutuhan pendanaan untuk ekspor.
3.
Tidak cukup hati-hati dalam memilih perwakilan penjualan dan distributor
asing.
4.
Mengejar pesanan dari seluruh dunia, bukannya membangun suatu basis
operasi yang menguntungkan dan pertumbuhan yang teratur.
5.
Mengabaikan bisnis ekspor saat pasar domestik meningkat.
6.
Gagal untuk melakukan distributor dan pelanggan internasional setara
dengan yang ada di dalam negeri.
7.
Mengasumsikan bahwa teknik dan produk pemasaran yang sudah ada akan
berhasil di semua Negara secara otomatis.
8.
Ketidakinginan untuk memodifikasi produk untuk memenuhi peraturan atau
preferensi budaya di Negara lain.
9.
Kegagalan untuk menyediakan informasi layanan, penjualan dan garansi
dalam bahasa yang dipahami secara lokal.
10. Kegagalan untuk
mempertimbangkan penggunaan perusahaan manajemen ekspor.
11. Kegagalan untuk
mempertimbangkan lisensi atau perjanjian usaha patungan.
12. Kegagalan untuk menyediakan
layanan siap tersedia untuk produk.
Sementara Sofjan Wanandi, ketua Apindo (Asosiasi
Pengusaha Indonesia) dalam Riendy Astria (Bisnis Indonesia, 28 Februari 2014)
menilai berbagai kebijakan industri dan perdagangan untuk menekan impor bahan
baku/penolong dan mendorong ekspor produk bernilai tambah tak efektif menekan
deficit neraca perdagangan.
2.6 Cara Mengatasi Hambatan Ekspor Impor
Beberapa
tawaran untuk mengatasi hambatan atau tantangan ekspor impor. Untuk bisa berhasil, pertama-tama sebuah perusahaan
harus menetapkan arah dan tujuan yang jelas dan spesifik. Dalam mengambil
langkah penting ini dibutuhkan bimbingan (konseling) pihak luar yang
berkualitas. Membangun perusahaan di pasar asing membutuhkan ketersediaan SDM
manajemen puncak dan para stafnya agar mampu melakukan ekspor impor yang
mumpuni dan menguntungkan.
Perusahaan
hendaknya hati-hati dan selektif dalam memilih distributor asing serta
menigkatkan kinerja distributor dengan basis operasi yang lebih memadai.
Perusahaan tetap memperhatikan ekspor meski pasar domestik lagi bergairah sebab
jika tidak maka perusahaan tidak dapat melakukan ekpor secara menguntungkan
ketika pasar dalam negeri lagi lesu. Setiap pasar memiliki karasteristik secara
diperlakukan secara khusus. Perusahaan juga menyesuaikan produk dan kemasan
sesuai budaya dan kearifan setempat. Perusahaan juga mesti memahami bahasa
setempat dan memberikan instruksi dalam bahasa lokal. Apabila perusahaan tidak
mampu memenej sendiri departemen di luar negeri maka perlu manajemen ekspor.
Penggunaan lisensi dan patungan secara efektif dan efisien bisa mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Layanan yang ramah dan tepat bisa meningkatkan
produkivitas dan profitabilitas perusahaan dalam melakukan ekspor dan impor.
Untuk persoalan impor, saat ini
Apindo optimistis dengan kebijakan baru yang dibuat pemerintah apabila
diterapkan dan berjalan lebih baik. Kementrian perindustrian merumuskan
kebijakan pengurangan impor bahan baku/penolong untuk meningkatkan ekspor.
Untuk itu sudah ada langkah-langkah praktis sebagai berikut: pemberian insentif
fisikal dengan memudahkan persyaratan, pemberian jaminan ketersediaan pasokan
gas, energi, bahan bauku dan sumber daya industry yang dibutuhkan dalam negeri,
penghapusan secara bertahap insentif impor, penyertaan modal Negara, penjaminan
modal energi listrik dan infrastruktur pendukung, pemberlakuan bea keluar dan
fasilitas dukungan pembiayaan yang kompetitif untuk mendorong investasi baru
dan pengembangan usaha.
***
Diposting Malang, 18 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar