Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
2.3.2
Tantangan Sosial
Tantangan sosial bagi penerapan manajemen partisipasi
karena tingkat strata sosial, teralienasi dari pemerintah (terutama perusahaan
atau bisnis buatan pemerintah) atau peraturan dan perundang-undangan yang tidak
memberikan kebebasan pada perusahaan untuk melaksanakan manajemen partisipasi,
kesulitan keuangan atau modal sosial yang kecil sehingga rendahnya bargaining
position serta kurangnya akses terhadap perkembangan ilmu dan teknologi
termasuk teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarakan pengalaman pribadi, tantangan sosial yang
paling berat adalah sikap masyarakat yang ‘takut memberikan koreksi’ dan ‘acuh
tak acuh’ dengan perusahaan atau lembaga bisnis. Sikap takut memberikan koreksi
dan acuh tak acuh ini memberikan peluang terhadap perusahaan atau bisnis untuk
disalahgunakan demi kepentingan pribadi dan golongan. Tidak heran, muncul
berbagai kasus penggelapan keuangan baik disengaja maupun tidak disengaja
lantaran kontrol sosial yang kurang sehingga tidak tumbuh suburnya manajemen
partisipatif.
Tantangan lainnya adalah sikap tidak mau mengambil
tanggungjawab terhadap pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kehadiran atau
perhatian yang lebih. Banyak orang menghindari diri dari berbagai kegiatan yang
meminta pengorbanan atau pertanggungjawaban lebih besar. Sikap ini menjadi
salah satu hambatan serius bagi pelaksanaan manajemen partisipasi yang
berdimensi filosofis.
2.3.3
Tantangan Kultural
Tantangan budaya atau cultural yang paling dirasakan
adalah budaya ‘menerima’ dan menyerahkan nasib sepenuhnya pada orang lain
termasuk atasan. Rata-rata budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke selalu
menghargai apa yang dikatakan atasan, itulah suatu kebenaran, sungkan untuk
mempertanyakan apalagi mengkritisi. Budaya menerima atau menyerahkan nasib pada
orang lain menjadi tantangan serius bagi penerapan manajemen partisipasi
apalagi didukung dengan para atasan yang tidak mau melibatkan karyawan atau
orang dibawahnya untuk berpartisipasi secara bebas dalam maju-mundurnya sebuah
perusahaan atau lembaga bisnis. Budaya partriakat juga ikut berpengaruh.
Tantangan lain adalah kurangnya kepercayaan, kurangnya
minat serta kurangnya pengalaman untuk melakukan negosiasi. Hal-hal ini semakin
meneguhkan budaya partisipasi menjadi hilang atau tidak bermanfaat sama sekali.
2.4 Solusi Alternatif
Tantangan dan kesulitan menerapkan manajemen partisipasi yang berdimensi
filosofis di dalam perusahaan atau lembaga bisnis, semuanya bermuara pada
manusia sebagai pribadi yang berakal budi dan berhati nurani. Manusia menjadi
titik sorot utama. Oleh karena itu, yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan
adalah manusia itu sendiri sebagai pribadi yang unik serentah bermahluk sosial.
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu alternatif solusi alternatif yang
patut diperhitungkan dan diperhatikan secara serius oleh peruasahaan atau
lembaga bisnis.
Perbaikan tanggungjawab sosial dan budaya dalam
perusahaan yang memberikan kebebasan yang bertanggungjawab untuk terlibat
secara aktif dan produktif juga salah satu alternative ikutan. Apabila
manusia-manusia di dalam perusahaan atau lembaga bisnis dari tingkat atas
sampai tingkat paling bawah sudah diperbaiki maka sistem akan berjalan
sebagaimana mestinya. Perusahaan atau lembaga bisnis akan produktif, tingkat
kepuasan karyawan dan hak-hak individualnya terjamin serta dimensi manusia
diperhatikan.
Bab
III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Manajemen puncak atau pun perusahaan perlu memahami
secara utuh dan lengkap filsafat, manajemen dan partisipasi agar bisa
menerapakannya secara sungguh-sungguh di dalam perusahaan atau bisninya.
Pemahaman yang lengkap memberikan sumbangan bagi produktivitas perusahaan.
Filsafat manajemen partisipasi
memiliki peran yang sentral dalam perusahaan atau bisnis. Filsafat manajemen
partisipasi memberikan sumbangan pada memanusiakan manusia, meningkatkan
kepuasan dan keharmonisan dalam perusahaan serta meningkatkan produktivitas.
Walau pun filsafat manajemen
partisipasi memberikan kontribusi yang sangat vital bagi keberlangsungan
perusahaan namun ada tantangan dalam penerapannya. Tantangan itu bisa berasal
dari diri sendiri, sosial dan kultural.
Tantangan atau hambatan bukan untuk
dihindari tetapi dihadapi dengan bijaksana untuk dicarikan jalan keluar yang
utuh, menyeluruh dan spekulatif demi produktivitas dan keberlangsungan
perusahaan atau lembaga bisnis yang sedang dikembangkan.
3.2 Saran
Berangkat dari rumusan masalah, pembahasan dan
kesimpulan maka memiliki saran yang tidak jauh berbeda. Pertama, perusahaan perlu memahami konsep filsafat, manajemen dan
partisipasi agar perusahaan bisa menerapkannya secara produktif. Kedua, perusahaan atau lembaga bisnis
perlu menerapkan filsafat manajemen partisipasi sebab memberikan nilai tambah
dan peran yang sangat sentral. Ketiga,
Walaupun ada kontribusi sentral namun ada tantangan. Untuk itu perusahaan perlu
mengidentifikasi tantangan dan Keempat,
tentu dicarikan jalan keluarnya.
Daftar
Rujukan
Druker Peter dalam Wattima
A.A Reza,”Filsafat dan Manajemen Bisnis: Dua Sisi Dari Satu Koin Yang Sama?” http://rumahfilsafat.com/2010/07/06/filsafat-dan-manajemen-bisnis-dua-sisi-dari-satu-koin-yang-sama/ diakses tanggal 8 September 2014.
Harvey Alinson,”Public
Particiaption: Theory and Practice” www.heritagecouncil.ie diakses
tanggal 8 Spetember 2014.
Kumar Abhimanyu dan Taunk
Anshu, “Worker’s participation in Management: a Case Study of National Thermal
Power Cooporation in India, Journal Vol.1 (1) pp. 001-004, January 2014
Pul Alan, “Bahan Kuliah” http://alanpnl.wordpress.com/bahan-kuliah/
diakses tanggal 9 September 2014
Socrates dan Shaw Bernard
George dalam Robbins Anthony. 2014. A
Waken The Giant Within terjemahan Purwandari Dieni dan Syahrir Iryani.
Jakarta, PT Ufuk Publishing House.
Sulhin Igrak, “Filsafat
(Sistem) Pemasyarakatan” jurnal Kriminologi Indonesia Vol.7 No. I Mei 2010: 134-150
Yahe W. Shaw dan Hetfield
Louise, “Moderating Factors in Participative Management” Journal of Proceedings
of the Academy of Organizational Culture, Communications and Conflict, Las
Vegas 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar