Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
2.2.2 Meningkatkan Kepuasan & Keharmonisan
Karyawan
Berbagai
studi empiris hasil penelitian melalui jurnal-jurnal baik terbitan dalam negeri
terutama luar negeri memberikan aroma dan kesimpulan yang hampir sama bahwa
manajemen partisipasi yang berdimensi filosofis senantiasa meningkatkan
kepuasan dan keharmonisan kerja karyawan dalam sebuah perusahaan atau lembaga
bisnis.
Hasil
riset itu telah diterbitkan di mana saja dan mungkin sudah dibaca dan mungkin
telah dipraktekkan secara luas. Namun penulis cukup mengutif hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gilberg (1988) dan Vroom (1990) serta didukung oleh
penelitian Viggiani (1999). Gilberg dan Vroom menulis, “The propose of this review is to understand what role participative
management plays in employee satisfication and productivity. Participative
management is utilized to improve work practices, productivity and
organizational performance”. Tujuan penelitian atau review untuk memahami
peran manajemen partisipasi dalam kepuasan karyawan dan produktivitas.
Manajemen partisipasi dimanfaatkan untuk memperbaiki pratek kerja,
produktivitas dan kinerja organisasi.
Hasil
riset ini diperkuat lagi oleh penelitian Viggiani. Beliau menulis, ”Research suggest that for participation to
impact positively on productivity, the organizational system must include gain
sharing, long-term employment relationship, group cohesiveness and guaranted
individual employ right”.
Penelitian ini
mengusulkan agar partisipasi memiliki dampak positif terhadap produktivitas,
sistem organisasi termasuk meningkatan saling berbagi, hubungan yang langgeng
antar karyawan, keharmonisan kelompok dan dijaminnya hak-hak pribadi para
karyawan. Saya berpikir, inilah poin penting perusahaan atau bisnis. Mengejar
laba tidak harus mengorbankan hak-hak karyawan baik level atas sampai bawah
sebagai manusia yang bermartabat. Perusahaan atau lembaga bisnis Indonesia
hendaknya memperhatikan dan mengimplementasi hal ini. Inilah peran filsafat
dalam manajemen partisipasi yang selalu mengagungkan manusia.
2.2.3
Meningkatkan Produktivitas
Beragkat
dari hasil kajian empiris penelitian melalui jurnal dan juga pengalaman pribadi
mengelola lembaga keuangan koperasi kredit di Flores memberikan keyakinan yang
paling sahih bahwa memang manajemen partisipasi yang berdimensi filosofis sudah
seharusnya memberikan dukungan pada peningkatan produktivitas bisnis atau
perusahaan. Tanpa produktivitas yang dihasilkan oleh para sumber daya manusia
yang ada di dalamnya maka perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya
bahkan bangkrut. Apabila perusahaan atau lembaga bisnis itu bangkrut maka akan mendehumanisasi pribadi manusia dalam
skala yang paling mengerikan. Begitu banyak orang tidak mendapatkan pekerjaan.
Tidak mendapatkan pekerjaan berarti tidak mendapatkan pendapatan atau salari.
Apabila tidak mendapatkan salari atau pendapatan, bagaimana ia dan keluarga
mendapatkan makan dan segala keperluan setiap hari.
Oleh karena
itu, sudah sepantasnya, manajemen partisipasi harus meningkatkan produktivitas
lembaga atau perusahaan. Sumber daya manusia yang tidak memberikan kontribusi
produktivitas pada perusahaan atau lembaga bisnis diberi peningkatakan
kompetensi agar bisa berkontribusi secara optimal. Apabila sudah melalui proses
secara manusiawi, karyawan bersangkutan juga belum dan tidak memberikan
kontribusi produktivitas maka perlu dipikirkan di-resaign dengan pemberian pesangon yang manusiawi sebab apabila
dibiarkan terus akan mendatangkan kontra-produktif bagi sesama karyawan lain
dan akhirnya membuat perusahaan atau bisnis bersangkutan rugi bahkan bangkrut
(kolaps).
Ada
baiknya menyelamatkan satu atau dua
orang yang tidak produktif ketimbang harus mengorbankan begitu banyak orang
yang terlibat di dalam perusahaan tersebut. Walau demikian, jangan sampai perusahaan
mengorbankan manusia (karyawan) secara tidak adil. Itulah peran filsafat
manajemen partisipasi mengingatkan dan menyadarkannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar