Oleh Kosmas Lawa Bagho
Minggu, 19 Oktober 2014, sehari sebelum pelantikan Jokowi-JK menjadi presiden dan wakil presiden, Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Kelompok UKM Penulis menyelenggarakan Talk Show Penulisan Fiksi. Acara ini merupakan salah satu dari sekian kegiatan yang dilakukan sebelumnya dan kegitan tersebut menjadi puncak dari tema besar utama "Pameran Karya UKM Penulis UM 2014".
Kegiatan Talk Show yang dilaksanakan di Aula A3 UM Lt. 2 itu sendiri menghadirkan dua narasumber sekaligus. Yang satu berprofesi sebagai penulis dengan genre fiksi dan yang satu lagi penulis namun lebih dikenal sebagai editor GagasMedia yang menerbitkan beberapa karya terbaik anak bangsa yang lebih berorientasi pada penulisan beraliran fiksi. Narasumber pertama adalah Windry Ramadhina (penulis) 6 buah buku fiksi dan terakhir dengan judul "Interlude" sementara narasumber kedua adalah Widyawati Oktavia.
Kegiatan ini lebih banyak menghadirkan mahasiswa dan mahasiswi S1 UM dan juga lingkungan sekitar yang berminat mengasah kemampuan penulisan karya pribadi terutama dalam bidang penulisan fiksi. Sebagai orang yang suka menulis meski belum ada satu buku pun yang terbit, ikut hadir di dalam kegiatan dimaksud.
Sebagaimana di dalam acara Talk Show, senantiasa diawali dengan tampilan group band, laporan panitia dan sambutan Ketua Umum UKM Penulis UM. Umumnya mereka menjelaskan bagaimana tujuan kegiatan dan apa yang diharapkan dari acara Tal Show. Yang menarik adalah bahwa dalam group UKM Penulis yang anggotanya masih bersatus calon sarjana 1 itu dengan motto yang harus dijalankan secara konsisten adalah "One year, One Book to Every One". Sesuatu yang luar biasa. Apabila dilaksanakan dengan konsisten dan serius maka akan lahirlah penulis-penulis hebat dari rahim UKM Penulis khususnya dan UM umumnya. Saya sendiri iri dengan aktivitas dan impian mereka untuk memacu diri hehehe.
Windry Ramadhina membuka Talk Show dengan perkenalan yang disampaikan secara detail oleh moderator. Riwayat penulis ini dapat dibaca secara lengkap pada buku beliau yang ke-6 brjudul "Interlude". Ramadhina membahas dua sesi. Yang satu diberi nama "I YAM WHAT I YAM" dan sesi kedua dinamai "IDEAS, WHERE ARE THOU?".
Ramadhina menegaskan kepada para peserta TALK SHOW untuk menjadi penulis yang kreatif dan memiliki segmen pembaca yang baik maka pada saat menulis harus menjadi diri sendiri atau dalam bahasa kerennya, "BE YOUR SELF TO BE CREATIVE". Diri sendiri menjadi sumber inspirasi dan memiliki gaya penulisan yang unik serta kreatif.
Ramadhina memancing kreativitas peserta dengan pertanyaan sederhana namun langsung menukik merangsang orang untuk segera menulis. Buku apa yang paling laris saat ini? Mengapa? Maukah menulis buku laris? Pertanyaan-pertanyaan ini cukup sederhana namun langsung mengguncang-guncang dada sebagian besar peserta untuk langsung tancap gas mau menghasilkan karya-karya tulisan sebagai 'legacy' bagi diri sendiri, kelurga, masyarakat dan tanah air.
Ada banyak ragam jawaban peserta. Ramadhina memfokuskan diri pada karya-karya yang berbau Korea. Mulai dari musik hingga karya penulisan. Buku-buku inspirasi dengan gaya "How to". Pertanyaan berikutnya, apakah kita menulis mengikuti trend? Jawabannya, TIDAK! Trend selalu berubah, tidak menjamin novel kita akan laris, kita kehilangan sisi eksplorasi (originalitas) dan tak perlu peduli orang akan baca atau tidak. Statemen ini yang banyak mengundang pertanyaan feedback peserta pada saat sesi tanya jawab. Ramadhina menegaskan bahwa kalau kita menulis fokus pada orang yang mau baca maka kita tidak akan melakukannya apalagi sebagai penulis pemula.
Kalau begitu apa yang mau ditulis? Be yourself to be creative. Diri sendiri menjadi sumber utama anda menulis secara kreatif, apapun keberadaan diri anda. Untuk itu, sebagai penulis hendaknya: jujur, kenal diri, tunjukkan kepribadian yang unik (gunakan sudut pandangmu dan suarakan pikiranmu), tulisalah yang kita suka (hal-hal yang favorit, pasion, pengalaman hidup dan orang-orang yang anda sayangi.
Selanjutnya, anda bisa menulis kepribadian anda yang lebih beresiko, meemang membutuhkan keberanian dalam hal ini. Misalnya anda menulis tentang kebohongan, ketakutan, kesalahan dn penyesalan diri anda namun juga tulisan tentang harapan diri anda sehingga menginspirasi orang lain seperti harapan, impian dan kepercayaan diri anda. Setiap penulis pasti punya "jodoh" masing-masing. Ada jodoh pembaca bagi setiap penulis, kara Ramadhina disambut gelak tawa peserta.
Sesi 2 lebih mengarahkan peserta pada ide-ide kreatif penulis terutama penulis pemula. Kebanyakan penulis memiliki hambatan mental pada ide-ide kreatif sebagai inspirasi bagi dirinya untuk menulis. Sudah menyiapkan segala sesuatu namun ide-ide yang ada di kepala tak dituangkan ke dalam tulisan. "Tidak ada ide untuk menulis," alasan sebagian orang untuk tidak menulis padahal sesungguhnya orang tersebut memiliki potensi untuk menjadi penulis yang baik.
Ada tips-tips yang diberikan Windry Ramadhina dan langsung meminta peserta untuk praktek menulis lalu membaca tulisan di depan peserta lain. Sungguh menarik. Ada peserta yang langsung menulis dan berani mengungkapkan hasil tulisannya meski terkadang tidak logis dan mengundang tawa. Akan tetapi itulah penulis. Berani membuat yang berbeda dan kreatif bahkan ide-ide yang dianggap tidak logis.
Ada banyak tips yang diberikan misalnya ide berasal dari diri sendiri, inspirasi dari benda, peristiwa, keadaan sekitar. Setiap yang kita lihat, kita dengar, kita rasa bahkan yang kita pikirkan bisa menjadi ide bagi inspirasi penulis, tinggal kita mau atau tidak. Untuk itu, Ramadhina menegaskan sekali lagi bahwa menjadi penulis sehebat apapun dimulai dari "LAKUKAN". Do it today and write Now!
Widyawati Oktavia menjelaskan panjang lebar tentang dunia penerbitan sebab salah satu kendala penulis adalah bagaimana tulisan mereka diterbitkan. Beliau membuka dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif tentang motivasi penulis (apakah hanya ingin diterbitkan, ingin menjadi terkenal, ingin mendapatkan uang royalty, menginspirasi orang lain atau menjawab keresahan diri). Beliau juga menyoroti cara menerbitkan. Intinya harus berawal dari beranikan dirimu, raih kesempatan serta memilih rumah media penerbitan yang tepat.
Beliau lebih menyoroti syarat-syarat pada penerbitan GagasMedia:
1. Tema : unik, pasaran.
2. Bagian awal: menarik dengan segmen jelas (usia remaja dan dewasa muda).
3. Tokoh dan perwatakan yang jelas dan menginspirasi
4. Konflik dan penyelesaian (logis, runut ceritanya).
5, Setting cerita memenuhi kriteria dasar 5 W 1 H.
6. Jalan cerita (alur) saling terkait terutama antar bab.
7. Pembagian paragraf proporsional dengan menggunakan deskripsi dan narasi yang koheren.
8. Dialog hendaknya tidak bertele-tele.
9. Gaya penulisan (memiliki ciri khas tersendiri).
10. Perhatikan diksi, kalimat dan ejaan.
11. Ending cerita (bagaimana cara mengakhiri cerita yang lengkap, menarik dan ada kejutan).
12. Tren pasar (meski tadi mbak Ramadhina bilang jangan ikut tren namun tren pasar juga penting).
Widyawati juga memberi jurus agar diterima di GagasMedia lantaran tiap hari ada ratusan karya yang dikirim ke GagasMedia maka anda harus berkompetisi dan memberi nilai lebih. Untuk itu perlu edit lebih dahulu naskah anda sebelum diedit oleh tim penerbitan agar karya anda memiliki nilai plus untuk diterima dan diterbitkan. Hal-hal itu seperti: edit naskahmu sebelum dikirmkan, edit berlapis dengan teman, cek tujuan dan motivasi (mesti ada rasanya), cek karakter dan alur cerita, bedakan suara tokohmu, ketahuilah sisi kelemahan tulisanmu, cek perpindahan cerita, cek cara mengakhiri cerita, bersedia menerima feedback serta buat sinopsis yang singkat, padat, jelas dan menarik.
Cara pengiriman nakah ke GagasMedia antara lain tulisan dalam bentuk hardcopy, dijilid lengkap semua bab serta minimal 75 halaman. Beliau mengakhiri dengan menggugat motivasi peserta dengan pernyataan "NYALAKAN HARAPAN, WUJUDKAN IMPIAN".
Ditulis ulang, Malang, 23 Oktober 2014
Rabu, 22 Oktober 2014
"Be Yourself to be Creative"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar