Oleh Kosmas Lawa
Bagho
Penulis
mengawali sapaan pembuka ini dengan
judul “Kegelisahan Sebuah Hati”. Secara pribadi, penulis sendiri tidak tahu,
hati siapa yang sedang dirundung gelisah, sedih dan gundah. Mungkin hati orang
yang sedang berbicara, Civitas Akademika & BEM STPM, Para Narasumber,
Suster Ketua Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Ibu Ketua STPM atapun kita semua yang
hadir di dalam ruangan ini. Namun yang pasti bahwa kita semua memadahkan syukur
berlimpah kepada Tuhan yang maha pengasih yang telah mengumpulkan ratusan hati
untuk berurun-rembug pada momen spesial hari ini.
Mei
1998, penulis mengikuti acara syukuran wisuda seorang teman. Waktu itu, salah
seorang pembimbing mahasiswa ekstern STFK Ledalero, Pastor Kirchberger, SVD
berkenan memberikan sambutan atau lebih tepat sapaan peneguhan. Pastor
misionaris yang berasal dari Jerman itu mengatakan bahwa “Malam ini, kalian
para wisudawan diayubahagiakan setinggi langit. Setiap sudut tunduk member
salam dan setiap bibir tersungging senyum manis kepada anda sekalian. Akan
tetapi, coba kalian lihat besok dan seterusnya, ketika anda kalian dengan baju
lengan panjang dan bercelana rapih mengisi lorong demi lorong untuk melamar
pekerjaan. Setiap orang yang kalian temui seakan diam membisu dan bahkan ada
yang tersenyum sinis serta anda bukanlah orang yang beruntung, hanya menjadi
penganggur”.
Pertanyaannya,
meski paling tinggi pendidikannya, mengapa kian banyak lulusan universitas
menganggur? Apa artinya? Tidak ada jaminan bahwa para lulusan perguruan tinggi
akan mudah mendapatkan pekerjaan. Apabila angka ini terus bertambah dari tahun
ke tahun, sudah pasti angka pengangguran intelektual akan semakin membengkak.
Mengapa angka pengangguran di Indonesia tidak pernah berkurang dari waktu ke
waktu? Apa yang salah? Kalau kita boleh menyalahkan, sebenarnya yang salah
adalah diri kita sendiri. Mengapa? Siapa yang menyuruh kita menganggur? Tidak
ada seorang lain pun yang menyuruh kita menganggur, kecuali diri kita sendiri.
Fenomena
ini kian menggelisahkan, ketika kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri
bahwa kurang terlibat atau tertariknya kaum muda termasuk (maaf) mahasiswa/I
terhadap kegiatan menabung. Kaum muda lebih tertarik dan berteman dengan
hal-hal yang bersifat pembelanjaan dari pada menabung sebagai bekal modal usaha
saat ini terutama pada saat setelah wisuda nanti. Orang-orang muda masih lebih
berminat pada kegiatan-kegiatan yang menghabiskan dari pada kebiasaan hidup
hemat dengan membelanjakan yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Tentu tidak
semua orang muda tetapi yang paling dominan.
Kegelisahan
sebuah hati adalah kegundahan hati-hati kita yang sedang berada di ruangan yang
monumental pada momen spesial hari ini. Apakah kita tetap dan terus terbenam
dalam kolam kegelisahan? Ataukah kita secara bersama-sama berupaya keras untuk mencari
jawaban atau paling kurang sebuah alternatif solusi untuk mengatasi kegelisahan
yang sedang kita alami saat ini dan masa-masa yang akan datang. Hal itu sangat
ditentukan oleh kualitas kegiatan kita hari ini. Mari kita berdiskusi secara
cerdas dan bijak agar kita mampu mencairkan batu karang kegelisahan yang kian
menggumpal lantaran terus berada dalam kolam pemborosan.
Keprihatinan
dan kegelisahan ini terwujud melalui Kongres Orang Muda Koperasi Kreatif dengan
nara sumber utama Drs. Mikhael H. Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri yang
membedah topik “Koperasi dalam Membidik Wirausaha Muda Kreatif”, Paskalis X.
Hurint, S.Fil, M.Si menyoroti topik “Posisi Orang Muda dalam Koperasi Kredit”,
Kosmas Lawa Bagho, S.Fil membahas tema “Berkenalan Lebih Dekat dengan Kopdit
Serviam Ende” serta dua orang narasumber pengusaha sukses lantaran menggunakan
pinjaman dari Koperasi Kredit Serviam yakni Ibu Mariam Asi (Usaha Kios) dan
Bapak Agustinus Lobo (Pengusaha Bengkel Kayu, Kos-Kosan, Kendaraan).
Kongres
itu sendiri memiliki tujuan mulia antara lain, menata koperasi kredit masa
depan dengan melibatkan oran muda sebagai pelanjut pengelolaan dan anggota
koperasi kredit, mengonsolidasi orang muda kampus untuk menjadi wirausha muda
kreatif serta mendorong STPM sebagai perguruan pertama yang mendekatkan
mahasiswa/generasi muda dengan dunia koperasi terutama koperasi kredit sebab
ekonomi kerakyatan saat ini dan masa depan menjadi pilihan strategis orang muda
dan sebagai langkah konkret kaderisan koperasi kredit yang berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar