Oleh
Kosmas Lawa Bagho
Ketua
Koperasi Kredit Serviam Ende
Saat bersama Mr Ranjith & Miss Leny |
Penulis bukan orang baru bagi keluarga besar Tabloid
Mentik-Bali Artha Guna (BAG). Sejak tulisan perdana penulis dimuat pada Edisi
6, tanggal 12 Desember 2010, penulis cukup rutin mengirimkan tulisan baik opini,
berita daerah maupun puisi dan syukur selalu dimuat.
Cukup
lama memang setelah tahun-tahun emas, penulis aktif menulis dan mengirimkan ke
Tabloid Mentik. Puncaknya ketika penulis sedang melanjutkan studi magister
manajemen di Universitas Negeri Malang periode Juli 2014 – September 2016. Bagai
gelombang pasang surut di lautan, setelah pasang naik (masa puncak) dimaksud, tulisan
penulis sepertinya mulai mengalami pasang surut atau hilang dari peredaran
Tabloid Mentik hingga akhir tahun 2019.
Memasuki
Maret 2020, penulis dihubungi Pemred Mentik, Bapak Agust Thuru agar bisa
menulis lagi untuk dimuat pada Tabloid Mentik dengan tema cukup berat sekaligus
menantang “Pandemi Covid-19 dan Pengembangan Koperasi Kredit”. Penulis
sesungguhnya cukup kerepotan dengan sebagian tugas pada Puskopdit Flores
Mandiri serta terpilih lagi pada RAT ke-26 tanggal 16 Februari 2020 sebagai
Ketua Pengurus Koperasi Kredit Serviam yang tanggal 05 Februari 2019 dalam
suatu Rapat Anggota Khusus (RAK) telah berubah nama menjadi Koperasi Kredit
Serviam Bhakti Mandiri periode 2020-2022.
Sebagai
pencinta dan demi pembaca Tabloid Mentik, penulis berjuang sekuat tenaga untuk
bisa memenuhinya walau isi dan kajiannya mungkin tidak memuaskan Pemred dan
terutama bagi pembaca Tabloid Mentik yang sebagian besar fungsionaris dan
anggota koperasi kredit/credit union
se-Puskopdit Bali Artha Guna (BAG) Bali. Tulisan ini hanya sepercik api
kesadaran untuk membuka diskursus yang lebih mendalam dan berkualitas bagaimana
sebaiknya Koperasi Kredit/Credit Union
menyikapi Pandemi Covid-19 yang telah menyerang semua manusia dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya dan seluruh aspek kehidupan. Covid-19 diasumsi bukan
hanya “racun” melainkan lebih dari
itu menjadi “maut” yang menakutkan
kehidupan umat manusia abad ini termasuk gerakan koperasi kredit/credit union.
Berangkat
dari permintaan Pemred Tabloid Mentik dan keprihatinan mendalam atas situasi
realitas yang sedang dihadapi maka penulis berusaha menyorotinya dengan judul
yang lebih menantang lagi yakni “Pandemi Covid-19 dan Masa Depan Koperasi
Kredit”. Judul ini bermaksud menggugah kesadaran kita bersama, entahkah Pandemi
Covid-19 yang telah membunuh puluhan ribu nyawa di seluruh dunia saat ini termasuk
di Negara kita Indonesia juga membunuh lembaga koperasi kredit? Masih adakah
masa depan Koperasi Kredit/Credit Union
di tengah mewabahnya covid-19?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas menjadi penting sebab sebagian besar anggota adalah masyarakat yang
tidak kebal terhadap wabah yang sangat menakutkan ini juga mulai mempertanyakan
eksistensi dirinya di planet bumi. Selain kekuatiran memuncak secara kesehatan
dan sebagian besar anggota koperasi kredit mulai mempertanyakan eksistensi
ekonomi ketika wabah covid-19 juga mulai menyerang sendi-sendi pendapatan
setiap keluarga anggota dan fungsionaris koperasi kredit di mana saja berada.
Sebagian besar masyarakat pekerja termasuk pemilik bisnis dalam waktu sekejab
menjadi pengganggur. Aktivitas bisnis anggota dan fungsionaris koperasi kredit
juga tampak mulai oleng dan arus kas (cash
flow) keuangan seakan terhenti.
Penulis yakin apabila kita membaca surat
kabar, menonton dan membuka internet hari ini, kita akan semakin stress dan
depresi. Wabah covid-19 membuat manusia dengan kemampuan akal budinya yang luar
biasa, bisa menciptakan segala kemajuan untuk menaklukkan alam semesta dengan
bantuan ilmu dan teknologi yang super canggih sepertinya tak berdaya apa-apa
dihadapannya. Semua manusia yang berakal budi itu tanpa kecuali tunduk padanya.
Negara-negara adidaya pun seakan lemah
lunglai dan mulai merasa putus asa
menghadapinya. Setiap orang dipaksa untuk tinggal di dalam rumah dalam rentang
waktu yang tidak menentu. Tetap jaga jarak walau itu ayah ibu kandung, keluarga
dalam rumah apalagi di luar rumah. Tidak bisa lagi kemana-mana secara bebas.
Semua yang bebas bergerak seolah terhenti. Kepanikan dan kecemasan umat manusia
mencapai titik nadir. Situasi saat ini bagaikan “neraka dunia”.
Mungkin
kita berpikir tidak ada lagi jalan untuk menciptakan atau mendapatkan uang
sekarang. Namun bersama Cindy Cashman melalui tulisannya “Recipes for the Heart” (Resep Untuk Jantung) dalam Aswar Saputra “Money from Anywhere” (Bagaimana Anda Menjadikan Kebiasaan-Kebiasaan
Kecil Sehari-hari Menjadi Pohon Uang yang Tak Terduga) terbitan Second Hope,
Yogyakarta tahun 2013 p. V, kita mengajukan pertanyaan yang lebih optimis.
Apakah situasi benar-benar seburuk itu. Pertanyaan yang baik dan optimis akan
menghasilkan jawaban yang lebih kreatif-produktif serta membebaskan kita dari
persoalan yang seakan tampak tidak ada lagi solusi.
Bahasa
Cindy Cashman menulis, “Satu pertanyaan yang tepat bisa membebaskan kehidupan
yang tersendat menjadi melejit seperti roket. Tak bisa ditahan”. Bersama Cindy
Cashman dan Aswar Saputra kita pun bersepakat bahwa bagaimana sebaiknya gerakan
kita bisa bertahan dan masih ada masa depan di tengah mewabahnya pandemi
covid-19 yang semakin menakutkan hari ini. Kita harus yakin bahwa kekuatan
pandemi covid-19 tidak melebihi kemampuan dan kekuatan kita sebagai manusia
yang beriman dan wabah ini akan segera berakhir dengan semangat kolaborasi
positif menyikapi situasi ini secara lebih positif. Situasi buruk atau “neraka
dunia’ akibat wabah pandemi covid-19 bisa kita atasi, entah kapan dan pasti
bisa.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar