Oleh Kosms Lawa Bagho
Mahasiswa S2 Manajemen Universitas Negeri Malang
PEMBAHASAN
Di tengah berbagai tantangan itu ada satu spirit atau
antusiasme bahwa Koperasi Kredit Sangosay sejak awal pembentukannya sudah
mengarahkan visi dan misinya untuk pemberdayaan usaha anggota. Dari berbagai
wawancara, para informan kunci menyatakannya secara jelas dan transparan bahwa
memang kehadiran koperasi kredit membebaskan mereka dari persoalan-persoalan
kehidupan rumah tangga, saling membantu satu sama lain, meningkatkan derajat
hidup yang lebih bermartabat, membebaskan mereka dari utang serta melatih
mereka mengembangkan usaha produktif.
Berangkat dari tantangan-tantantangan pemberdayaan
wirausaha yang ada selalu ada jalan keluarnya. Ketika mewawancarai anggota
tentang bagaimana koperasi kredit mengembangkan usaha-usaha produktif anggota
dan jalan keluar yang ditempuh, anggota muda, Rudolf A. Wogo (RAW) pun
menyatakan, “Saya suka dengan koperasi kredit ini yang sangat memperhatikan
modal usaha melalui pinjaman produktif dengan plafon yang semakin tinggi. Saya
simpan dan pinjam hanya di koperasi kredit ini. Sebagai seorang pengusaha atau
wirausaha, saya pinjam untuk usaha-usaha produktif seperti foto copy, rumah
makan, studio rekaman dan percetakan. Saya pinjam terakhir senilai Rp200 juta
sejak awal pinjam kecil-kecil. Untuk jalan keluar yang bisa saya sampaikan
adalah (1) tetap melakukan pendidikan, pelatihan dan pendampingan; (2)
tingkatkan terus sharing usaha anggota sukses; (3) konsisten membawa anggota
pada kunjungan usaha sukses dan (4) ikutkan kami lebih sering pada pameran-pameran
usaha atau kalau boleh di kantor ada ruangan khusus untuk pamer usaha anggota
dan terakhir (5) kalau boleh bisa menaikkan lagi plafon pinjaman usaha
produktif (agak sedikit malu-malu) menyebut angka 400 sampai 500 juta rupiah.
Saya yakin, usaha-usaha produktif anggota dikembangkan secara baik maka anggota
akan lebih cepat dan lancar mengembalikan angsuran dan mau pinjam lagi di
koperasi kredit. Apa pun, saya berterima kasih banyak kepada koperasi kredit
sehingga menghantar saya, keluarga dan usaha saya sampai sejauh ini.
Benar-benar diluar perkiraan saya sebelumnya” (RAW, 7).
Dari paparan wawancara di atas menunjukkan anggota
sangat apresiasi terhadap koperasi kredit yang tidak lagi hanya memperhatikan
kebutuhan dasar anggota tetapi juga mulai memikirkan dan melakukan tindakan
memotivasi atau pun mendukung usaha-usaha produktif anggota yang sudah ada. Anggota
masih meminta agar koperasi kredit meningkatkan plafon pinjaman. Ini tentu
harus didukung dengan kajian mendalam dan regulasi yang mendukungnya. Peningkatan
plafon ini baik namun harus juga memperhatikan distribusi pinjaman kepada semua
anggota secara adil.
Dukungan untuk pemberdayaan wirausaha anggota juga
diungkapkan anggota lama atau anggota tua, Theresia Ngewi (TN). Beliau
mengungkapkan kepada peneliti, “Mungkin pengurus dan manajemen koperasi kredit
perlu memikirkan untuk menginventarisasi potensi usaha atau usaha anggota yang
sudah jalan. Setelah inventarisasi, anggota perlu diberi pelatihan keterampilan
berdasarkan kategori usaha dengan memberikan pinjaman pada usaha yang cepat
menghasilkan. Perlu juga beri penjelasan lanjutan tentang pembukuan usaha
anggota meski waktu pendidikan dasar koperasi kredit, kami sudah diberikan
penjelasan tentang P3K (Perencanaan Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga) termasuk
buku kas harian. Namun kami sering campur buku kas keluarga dan buku kas usaha
bahkan tidak ada sama sekali sehingga tidak tahu untung ruginya. Satu hal yang
juga penting adalah damping lebih serius pada usaha-usaha anggota yang cepat
menghasilkan dan memberikan pinjaman kepada anggota yang benar-benar mau
berusaha” (TN, 6).
Jelas bahwa anggota mau berwirausaha untuk
meningkatkan kehidupannya yang lebih sejahtera dan membantu keberlanjutan
koperasi kredit melalui pinjaman pada usaha anggota yang cepat menghasilkan dan
anggota yang benar-benar mau berusaha. Anggota masih membutuhkan dampingan,
pelatihan dan konsultasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha dan pencatatan usaha yang senantiasa masih
menjadi titik kritis tantangan untuk berwirausaha secara sukses.
Harapan anggota sepertinya juga menjadi jawaban
general manajer, Lodofikus Lenga (LL) yang menyatakan, “Sejak beberapa tahun
terakhir, kami mengalokasikan pinjaman modal usaha produktif dengan angka yang
semakin meningkat, melakukan pendampingan usaha anggota, meningkatkan
pendidikan keterampilan anggota, meningkatkan pendapatan anggota serta
meningkatkan kemampuan menyimpan dan mengembalikan pinjaman. Untuk tahun 2015,
kemampuan mengembalikan cukup baik dengan prosentasi kredit macet cuma 0,91%
dari standar < 5%. Jalan keluar dari tantangan yang kami tempuh adalah terus
melakukan pendidikan dan pelatihan, sharing pengalaman usaha, studi banding
usaha serta terakhir kami mulai coba seleksi karyawan lintas bidang ilmu sesuai
usaha anggota, juga melibatkan para wirausaha anggota koperasi kredit pada
pameran yang diadakan pemerintah” (LL, 4 ).
Pernyatan general manajer menunjukkan sekali lagi
komitmen dan konsistensi koperasi kredit ini pada upaya pemberdayaan wirausaha
anggota. Ada terobosan baru untuk merekrut karyawan dari berbagai lintas bidang
ilmu sesuai usaha anggota, tidak hanya terbatas hanya pada akuntansi dan
manajemen. Seleksi seperti ini diharapkan manajemen lebih mampu memberi
pelatihan, konsulitasi dan pendampingan usaha-usaha anggota yang sangat
bervariatif.
Sementara salah seorang manajer cabang, Fransiskus X.
Lai (FXL) kepada peneliti berujar singkat tentang bagaimana jalan keluar yang
ditempuh terhadap berbagai tantangan pemberdayaan wirausaha anggota. Ia pun
menyampaikan, “Memberikan pinjaman anggota yang mempunyai usaha produktif, melakukan survey usaha sehingga lancar dalam
pengembalian dan membuat perputaran modal lebih cepat, pinjaman usaha produktif
dengan angka tertentu perlu ada jaminan tambahan selain simpanan pada koperasi
kredit. Jaminan terutama apabila ada bencana usaha.” (FXL, 5).
Manajer cabang menambahkan agar pemberdayaan wirausaha
anggota lancar dan optimal perlu dilakukan survey usaha anggota terutama bagi
anggota yang pinjam untuk usaha produktif dengan angka yang semakin tinggi.
Juga perlu ada jaminan tambahan selain simpanan dan dana perlindungan bagi
anggota yang mengalami bencana usaha atau pun meninggal dunia. Jaminan
perlindungan (Daperma dari lembaga yang lebih tinggi, Inkopdit = Induk Koperasi
Kredit di Jakarta) memberikan jaminan hanya plafon tertentu dengan batas usia
tertentu.
Upaya pemberdayaan wirausaha anggota oleh koperasi
kredit juga disuarakan penasihat, Thomas
Dola Radho (TDR) yang menyatakan, “Yang selama ini kami buat adalah pendidikan
untuk memotivasi anggota menggunakan pinjaman berorientasi usaha produktif
sesuai potensi dan peluang pasar seperti pertanian, peternakan, kios, jasa
kendaraan, jasa hiburan (soundsystem
waktu pesta), jasa konstruksi dan toko. Saya lihat juga pengurus menyiapkan
prosentasi pinjaman investasi lebih besar sehingga anggota bisa melakukan
pinjaman investasi demi menciptakan rasa aman waktu sudah pension dan tidak
kerja lagi” (TDR, 3).
Wawancara di atas menunjukkan bahwa wirausaha anggota
tak perlu memikirkan yang tinggi-tinggi, cukup kembangkan usaha yang sudah
menjadi keseharian. Apabila itu bisa dikembangkan maka pendapatan anggota akan
meningkat dan meningkat pula pendapatan koperasi kredit karena anggota
bersangkutan lancar mengembalikan pinjaman. Untuk prosentasi pinjaman investasi
atau produktif berdasarkan regulasi (pola kebijakan koperasi kredit) dan
laporan keuangan yang peneliti peroleh memang angka plafon pinjaman produktif
bisa sampai Rp200 juta sementara pinjaman umum atau kesejahteraan hanya dengan
plafon tertinggi Rp150 juta. Ini menunjukkan bahwa Koperasi Kredit Sangosay
Ngada benar-benar berupaya memberdayakan wirausaha anggota.
Pemberdayaan wirausaha anggota lebih lantang disuarakan
pengurus koperasi kredit, Philipus Lusi (PL). Beliau menyatakan kepada peneliti
ketika menyinggung bagaimakah koperasi kredit Bapak mengembangkan usaha-usaha
produktif anggota, “Baik. Ini pertanyaan yang sulit dan saya berusaha
menjawab satu persatu, mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran atau rasa
ingin tahu peneliti. Saya pikir pertanyaan ini sangat penting demi
pertumbuhan, perkembangan koperasi kredit kami secara berkelanjutan.
Seharusnya, kami terus melakukan evaluasi bagian yang penting ini. Yang kami
lakukan adalah pertama, menginventarisir usaha ataupun potensi usaha anggota
yang perlu dikembangkan. Berdasarkan inventarisasi tersebut kami berikan
pendampingan dan pelatihan dan juga menyiapkan pinjaman khusus untuk usaha
produktif mulai dari kecil, menengah dan besar sesuai kebutuhan usaha anggota.
Kami juga mulai merekrut calon karyawan berdasarkan usaha anggota sehingga
mereka kelak bisa menjadi konsultan usaha anggota sebab kami percaya bahwa
apabila usaha produktif anggota berhasil akan meningkatkan pendapatan ekonomi
rumah tangga anggota, anggota sejahtera dan koperasi kredit dapat mengurangi
kredit macet sebab anggota tertib mengangsur pinjaman, juga melalui usaha ini
dapat memperluas segmen anggota dan meningkatkan partisipasi anggota yang
tinggi terhadap koperasi kredit. Jalan keluar yang kami tempuh memberikan pelatihan,
pendampingan kepada kelompok-kelompok kategori usaha, sharing usaha bagi
wirausahawan/i yang berhasil dalam pra-RAT, RAT (Rapat Anggota Tahunan) maupun
pertemuan-pertemuan serta usaha pada masing-masing anggota. Saya mau katakan
bahwa usaha produktif anggota sukses, koperasi kredit berkelanjutan” (PL, 1).
Wawancara di atas berkali-kali menegaskan komitmen
Koperasi Kredit Sangosay memberdayakan wirausaha anggota dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan. Koperasi Kredit Sangosay melihat tantangan sebagai
peluang untuk lebih memberdayakan wirausaha anggota. Pendidikan, pelatihan dan
pendampingan terus berulang-ulang diutarakan para informan kunci dan yakin
bahwa wirausaha atau usaha produktif anggota sukses, koperasi kredit ini akan
berkelanjutan.
Pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang menjadi
solusi atas tantangan pemberdayaan wirausaha anggota disampaikan lagi secara
singkat oleh pengawas yang adalah juga dokter bagi koperasi kredit, Wenslaus
Naru (WN). Beliau berkata singkat, “Solusi yang bisa ditawarkan adalah sekali
lagi ‘jangan bosan-bosan’ melakukan pendidikan dan pendampingan, sharing
pengalaman usaha dan dilibatkan dalam pameran usaha” (WN, 2).
Pentingnya pendidikan, pelatihan dan pendampingan dan
pembinaan anggota selaras dengan penelitian Sutrisno (2011) dengan judul “Makna
Pendidikan Koperasi Dalam Tahapan Pengembangan Untuk Mewujudkan Peran Anggota
Sebagai Partisipan (Studi Kasus pada Koperasi Serba Usaha Makmur Sejati
Malang). Sutrisno meneliti faktor-faktor yang mendukung makna pendidikan
anggota dalam mewujudkan peran anggota sebagai partisipan koperasi. Dengan
pendekatan kualitatif, penelitian Sutrisno memberikan hasil bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi yakni kekuatan internal koperasi, tahapan pendidikan
anggota, pengembangan model praktik terbaik dan pengembangan dimensi layanan
yang mengembangkan koperasi. Pendidikan koperasi bisa mengembangkan koperasi
dan pemberdayaan anggota sebagai kekuatan utama.
Hal yang hampir senada juga diungkapkan peneliti Nirbito
(2001) dengan judul “Pembinaan Anggota Untuk Memberdayakan Koperasi di Koppas
dan Kopwan Jawa Timur”. Nirbito meneliti anggota koperasi berposisi sebagai
pengguna-pemilik, pengguna-pengendali dan pengguna-penikmat. Dengan menggunakan
metode kualitatif empiris menunjukkan bahwa kualitas program pembinaan anggota
secara signifikan berpengaruh positif pada kualitas individu anggota, kualitas
kinerja organisasi, kualitas kinerja usaha dan kualitas keberhasilan pencapaian
tujuan koperasi.
Dari berbagai hasil wawancara pada informan kunci
menegaskan bahwa Koperasi Kredit Sangosay sangat berupaya keras memberdayakan
wirausaha anggota untuk peningkatan kualitas hidup sebagai pribadi, keluarga
dan masyarakat dan juga memberdayakan koperasi kredit secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan usaha pemberdayaan wirausaha
anggota sejak awal pembentukan sudah dilakukan dan diniatkan Koperasi Kredit
melalui program motivasi, pendidikan, pelatihan, berbagai sharing serta pameran
usaha dan pengalokasian plafon pinjaman usaha produktif yang lebih besar. Namun
demikian, tujuan atau misi pemberdayaan wirausaha anggota belumlah optimal. Hal
ini bukan berasal dari koperasi kredit semata seperti kemampuan dan ketrampilan
usaha pendampingan melainkan juga berasal dari tantangan pribadi anggota itu sendiri
seperti masih ada pola hidup boros, mau cepat dapat hasil tanpa berusaha lebih
keras atau budaya instan, belum ada ketekunan membuat atau mencatat buku kas
keuangan keluarga dan buku kas usaha serta belum membedakan keduanya atau pun
berwirausaha hanya mau mengikuti tetangga sehingga wirausaha anggota
bersangkutan belum dikembangkan secara optimal.
Walapun demikian, Koperasi Kredit Sangosay telah
memberikan capaian-capaian yang nyata melalui tambahan anggota keseluruhan
serta anggota pinjaman produktif juga meningkat, ada tambahan simpanan,
tabungan, pinjaman, pendapatan, SHU dan aset di dalam koperasi kredit. Belum
lagi prosentasi kredit lalai yang kecil menunjukkan kinerja kerja organisasi
cukup positif. Untuk berbagai perkembangan atau pertambahan Koperasi Kredit
Sangosay tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik-grafik berikut ini:
Grafik 3:

Grafik 4:

Grafik 5:

Keterangan: dalam Ribuan.
Data-data diatas menjelaskan bagaimana upaya Koperasi
Kredit Sangosay berupaya keras memberdayakan wirausaha anggota sehingga tiga
tahun terakhir, pertumbuhan anggota
secara keseluruhan, pertumbuhan anggota pinjaman produktif dan jumlah pinjaman
produktif terus meningkat meski prosentasinya masih kalah dengan pinjaman
kesejahteraan. Pertumbuhan-pertumbuhan itu menyebabkan masyarakat mau menjadi
anggota dan menginvestasi uangnya pada Koperasi Kredit yang terus meningkat tiga
tahun terakhir dapat dilihat pada grafik pertumbuhan simpanan, tabungan anggota
dan aset koperasi kredit berikut ini:
Grafik 6:

Keterangan: dalam Ribuan
Tabungan anggota merupakan investasi semakin
percayanya anggota dan masyarakat kepada Koperasi Kredit Sangosay sementara
simpanan anggota terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib yang juga terus
meningkat tiga tahun terakhir. Aset dan kekayaan Koperasi Kredit Sangosay
mendekati angka 0,4 triliun rupiah. Suatu angka yang tidak kecil bagi koperasi
kredit primer di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan
provinsi miskin itu.
Capaian-capaian angka-angka statistik di atas
menunjukkan sekali lagi komitmen dan konsistensi Koperasi Kredit Sangosay,
Ngada, Nusa Tenggara Timur berusaha keras memberdayakan wirausaha anggota
sehingga pertumbuhannya cukup signifikan.
KESIMPULAN
Koperasi
Kredit Sangosay, Ngada, Nusa Tenggara Timur sejak pembentukannya sudah memiliki
komitmen, arah pemberdayaan wirausaha anggota melalui program pendidikan,
pelatihan dan pendampingan. Program ini membangkitkan dan memotivasi anggota
untuk berwirausaha secara optimal. Pendidikan, pelatihan dan pendampingan
menjadi roh utama dalam pengembangan Koperasi Kredit Sangosay sehingga mampu
memberdayakan wirausaha para anggotanya.
Selain
program pendidikan, pelatihan dan pendampingan, Koperasi Kredit Sangosay juga
memberdayakan anggota melalui sharing pengalam sukses, melakukan kunjungan pada
anggota sukses berwirausaha, mengikutsertakan para wirausahawan/i pada pameran
usaha baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta serta yang juga mengemuka
adalah meningkatnya pengalokasian plafon pinjaman produktif bagi anggota yang
benar-benar melakukan wirausaha melalui berbagai survey dan inventarisasi. Paling akhir, koperasi kredit ini mulai
seleksi calon karyawan dari berbagai lintas disiplin ilmu sesuai kategori usaha
anggota yang selama ini lebih mempriritaskan bidang akuntansi dan manajemen
keuangan.
Di
tengah perjuangan dan program yang mendatangkan antusiasme bagi pemberdayaan
anggota, masih terdapat juga berbagai tantangan. Tantangan itu bisa datang dari
koperasi kredit dan anggota itu sendiri. Tantangan dari koperasi kredit seperti
pelatihan dan pendampingan yang belum optimal, ketrampilan atau kompetensi staf
yang masih terbatas serta pengalokasian pinjaman produktif yang masih terus
ditingkatkan disesuaikan dengan kemampuan dan volume usaha anggota.
Tantangan
dari anggota itu sendiri seperti pola hidup boros, pesta, pinjam lebih banyak
untuk usaha memenuhi kebutuhan dasar (kesejahteraan), kurang tekun berusaha,
berwirausaha hanya karena ikut-ikutan, kurang tekun mencatat buku kas usaha dan
belum memisahkan buku kas rumah tangga keluarga dan buku kas usaha bahkan ada
yang mengatakan bahwa tidak ada buku catatan keuangan sama sekali. Berbagai
tantangan ini sekaligus menjadi peluang baik bagi anggota maupun pihak koperasi
kredit untuk mengatasinya secara efektif.
SARAN
Berangkat dari pembahasan
dan kesimpulan di atas maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pengurus
Koperasi Kredit Sangosay tetap menjalankan program motivasi, pendidikan dan
pelatihan dengan materi-materi yang lebih menukik pada pemberdayaan wirausaha
anggota. Pengalokasian plafon pinjaman usaha produktif atau wirausaha anggota
lebih ditingkatkan lagi sesuai dengan kemampuan dan volume usaha anggota serta
disertai jaminan yang memadai.
2. Anggota
Koperasi Kredit Sangosay hendaknya wirausaha atau menjadi pengusaha itu menjadi
nilai lebih bagi anggota untuk peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga
terutama pada masa pension atau tak bekerja lagi dan demi keberlanjutan
koperasi kredit sebagai wadah pemberdayaan wirausaha.
3. Peneliti.
Tema ini menarik untuk digarap lebih lanjut sebab ada jenis koperasi simpan
pinjam atau koperasi kredit yang memiliki daya andal untuk memberdayakan
wirausaha anggota. Pertumbuhan dan perkembangan secara statistik tiga tahun
terakhir cukup signifikan menjadi ulasan atau penelitian yang menarik baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Bisa juga menerapkan metode penelitian
pengembangan.
DAFTAR
RUJUKAN
Barombo, A; Asori; Donatianus. 2012. Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Koperasi Credit Union (CU): Studi Pada CU, Khatulistiwa
Bakti Pontianak. PMIS-Untan-Jurnal Tesis
2012.
Creswell. J. W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Di Antara Lima
Pendekatan. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendrojogi. 2012. Koperasi:
Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hidayah,
R.D. 2013. Kerangka Pikir Pemberdayaan. Alamat. http://eprints.uny.ac.id/18096/4/PDF%20BAB%202%2009.10.040%20Rif%20p.pdf .
Diakses tanggal 15 April 2016.
Hutasuhut.
D. A. 2001. Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan Koperasi. Jurnal Ilmiah, Manajemen & Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Vol. 01 No. 01 Oktober 2001.
Induk
Koperasi Kredit. 2003. Manajemen
Profesional Koperasi Kredit. Jakarta: Inkopdit.
Jawa, M.
H. Obon, F. Bagho, K. L. dan Hurint, P. X. Ed. 2011. Koperasi Kredit: Membangun Peradaban Bermartabat. Jakarta: Accacia.
Kasmir.
2010. Pengantar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Kencana.
Koperasi
Kredit Sangosay. 2013. Profil, AD,ART, Road-Map, Pola Kebijakan, SOP. (manuskrip, tidak diterbitkan).
Bajawa-Flores-NTT.
Limbong,
B. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh
Fondasi Ekonomi Rakyat. Jakarta, CV Rafi Maju Mandiri.
Moleong
J. L. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Nirbito,
J. G. 2001. Pembinaan Anggota Untuk Memberdayakan Koperasi di Koppas dan Kopwan
Jawa Timur. Disertasi. Malang: PPS UM
Supardi.
2005. Metodologi Pnelitian Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: UUI Press.
Sutrisno.
2011. Makna Pendidikan Koperasi Dalam Tahapan Pengembangan Untuk Mewujudkan
Peran Anggota Sebagai Partisipan (Studi Kasus Pada Koperasi Serba Usaha Makmur
Sejati Malang). Disertasi. Malang: PPS UM
Tere, K.
2014. Pengaruh Ukuran Aset, Piutang, Utang, Modal Sendiri dan Jumlah Anggota
Terhadap Kinerja Keuangan dan Kebijakan SHU Koperasi Kredit (Studi Pada
Koperasi Kredit Anggota Puskopdit Flores Mandiri). Tesis (tidak terbit). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Universitas
Negeri Malang. 2012. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan
Penelitian. Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, UM
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut