Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Gerakan
Koperasi Kredit Indonesia (GKKI) mendukung keberagaman dalam keseluruhan proses
pengelolaannya sebagai tiang penopang perekonomian nasional. UU Koperasi Nomor:
25 Tahun 1992 menegaskan secara jelas bahwa keanggotaan koperasi termasuk
koperasi kredit bersifat sukarela dan terbuka.
Sukarela artinya
keanggotaan sebuah koperasi tidak ada paksaaan sedikit pun oleh siapa pun dan
dalam bentuk apa pun. Itulah prinsip dasar keanggotaan koperasi. Selain
bersifat sukarela juga “terbuka”. Artinya keanggotaan koperasi dan koperasi
kredit di seantero nusantara sangat menghargai kepelbagian atau keberagaman
anggota. Terbuka untuk siapa saja dari latar belakang apa pun juga.
Keterbukaan
koperasi atau pun koperasi kredit saat ini mendapatkan tantangan yang tidaklah
kecil. Memang gerakan koperasi kredit tidak merasa langsung segala dinamika
ekslusivitas yang terjadi akhir-akhir ini secara nasional. Namun dampak tak
langsung cukup dirasakan sehingga dalam Lokakarya Nasional, Open Forum dan
Rapat Anggota Nasional (RATNAS) Gerakan Koperasi Kredit Indonesia yang
tergabung pada wadah Induk Koperasi Kredit-Jakarta ramai memperbincangkan,
merefleksikan serta memberikan rekomendasi agar persatuan dalam keberagaman ini
mendapat perhatian serius demi keberlangsungan dan keberlanjutan “keberagaman”
atau “keterbukaan” dalam GKKI.
Dalam
perdebatan, perbincangan serta diskursus yang cukup alot, forum LOKNAS berhasil
memberikan satu rekomendasi bulat agar ‘persatuan dalam keberagaman” juga masuk
dalam pilar koperasi kredit untuk dihidupi, dihayati dan dipedomani seluruh
gerakan koperasi kredit di seluruh Indonesia. Pilar-pilar koperasi kredit
memang terus berkembang sesuai dinamika usaha dan masyarakat terkini.
Awalnya
terinspirasi pendiri Koperasi Kredit atau Credit Union, Frederich Wilhelm
Raiffesien di Jerman tahun 1848 dengan tiga pilar utama yakni pendidikan,
swadaya dan solidaritas. Tiga pilar ini bertahan cukup lama hingga RATNAS di
Yogya tahun 2012. Waktu itu ada wacana menambahkan satu pilar lagi yakni
inovasi untuk menjawab perkembangan dunia bisnis yang sangat mengandalkan inovasi
dalam pelayanan. Inovasi pelayanan koperasi kredit berbasis IT.
Mei 2017 di
Makasar, GKKI menyadari pentingnya persatuan dalam keberagaman menuju integrasi
nasional gerakan koperasi kredit maka menambah satu lagi. Saat ini, tidak lagi
empat pilar melainkan panca pilar yakni pendidikan, swadaya,
solidaritas,inovasi dan persatuan dalam keberagaman.
Panca pilar
koperasi kredit dimaksud adalah:
Pendidikan
Pertumbuhan dan
keberlanjutan kehidupan koperasi kredit sangat mengandalkan pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana utama untuk membangun insan koperasi kredit sadar
berkoperasi dan mampu berkoperasi kredit dalam mewujudkan kehidupan anggotanya
yang sejahtera dan bermartabat.
Setiap orang
untuk menjadi anggota koperasi kredit hanya melalui pintu pendidikan. Sebab pendidikan
mempunyai tugas penting untuk menanamkan kesadaran akan nilai-nilai koperasi kredit
antara lain kemandirian, solidaritas, kerja sama, kejujuran, bekerja keras dan
cerdas, tanggungjawab sosial dan saling percaya. Koperasi kredit dimulai dari pendidikan,
berkembang karena pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan.
Dengan demikian,
melalui pendidikan yang terus-menerus, insan koperasi kredit juga dapat
disadarkan untuk membangun diri dalam kebersamaan demi membentuk karakter sebagai
insan kopdit mulai mengatur ekonomi keluarga secara bijaksana. Pendidikan
membuat anggota beralih dari pola hidup boros untuk hidup hemat dan mulai
menabung dari penghematan pengeluaran yang kurang urgen saban hari.
Swadaya
Swadaya berarti
membangun kekuatan sendiri. Melalui pilar swadaya ini, para insan koperasi kredit
selalu percaya diri dan mempunyai rasa harga diri untuk terus berjuang
mempertahankan hidup secara bermartabat dalam kerjasama dan kebersamaan dengan
orang lain. Koperasi kredit selalu berusaha untuk sedapat mungkin membiayai
dirinya sendiri untuk mengembangkan koperasi kreditnya semakin besar dan sehat
serta para anggotanya semakin sejahtera.
Melalui semangat
swadaya, gerakan koperasi kredit membangun kekuatan masyarakat setempat
melandaskan pada filosofi pemberdayaan Frederich Wilhelm Raiffesien yakni “hanya
orang miskin yang dapat mengatasi kesulitannya sendiri” dengan cara
menabung dari apa yang ada pada orang miskin, dipinjamkan kepada orang miskin
untuk pengembangan ekonomi rumah tangganya.
Koperasi
kredit sejak awal terbentuknya tetap konsisten untuk menggerakkan usahanya dengan
berpijak pada simpanan dan tabungan dari anggota, kemudian dipinjamkan kepada
anggota. anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi kredit. Kemandirian membebaskan koperasi kredit dari
berbagai intrik kepentingan termasuk kepentingan politis yang memudarkan api semangat
keswadayaan.
Solidaritas
Solidaritas koperasi
kredit mewujud dalam semboyannya “kau
susah aku bantu, aku susah kau bantu” menjadi semangat yang menjiwai
segenap insan koperasi kredit.
Semangat
solidaritas itu nampak secara nyata dalam kegiatan: simpan teratur, pinjam
bijaksana dan angsur tepat waktu agar terjadi saling tolong menolong di antara sesama
anggota dan masyarakat sekitar. Solidaritas menyadarkan anggota koperasi kredit
untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri melainkan harus saling melayani,
tolong menolong dan berbuat baik demi kebaikan bersama. Solidaritas adalah mau
berbagi dengan orang lain terutama mereka yang tergolong kurang diperhitungkan
secara ekonomis, sosial, budaya dan politik di tengah masyarakat. Koperasi
kredit solider dengan “mereka yang lemah dan terpinggirkan”.
Inovasi
Inovasi juga
menjadi salah satu pilar penting bagi koperasi kredit untuk bertumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan. Inovasi yang dilakukan koperasi kredit saat
ini adalah menggunakan teknologi komputerisasi dalam pelayanan kepada anggota
serta variasi produk simpanan dan pinjaman sesuai kebutuhan anggota. Berbagai
terobosan dan inovasi tersebut membuat koperasi kredit semakin berkembang
besar, sehat dan dicintai oleh masyarakat Indonesia umumnya dan Flores
khususnya terutama masyarakat Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo.
Kehadiran
koperasi kredit tidak hanya membangun ekonomi anggota saja tetapi juga
memberikan nilai menumbuhkan harkat dan martabat segenap insan koperasi kredit berdasarkan
panca pilar utamanya yakni pendidikan, swadaya, solidaritas, inovasi dan
persatuan dalam keberagaman. Untuk itu, pilar inovasi harus terus dijaga,
dipelihara dan dilaksanakan oleh setiap insan koperasi kredit hari ini dan generasi
akan datang.
Persatuan dalam Keberagaman
“Betapa indahnya
sebuah taman dipenuhi aneka warna bunga. Indahnya sebuah nyanyian terdiri dari
berbagai suara yang dipadukan menjadi sebuah
mosaik yang mengharukan”. Demikian dengan koperasi kredit. Koperasi kredit menganut
asas terbuka dan sukarela sehingga semua orang bisa menjadi anggota. Koperasi
kredit merupakan rumah besar yang menghimpun anggota dari berbagai latar
belakang budaya, ras, suku bahkan agama. Kita berbeda namun satu visi, satu
tujuan meningkatkan kehidupan yang lebih sejahtera dan manusiawi. Kita bagaikan
pelangi yang warna-warni namun satu sebagai manusia ciptaan Tuhan yang tertinggi.
Kita berasal
dari suku, ras, agama, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Namun perbedaan
itu tidak membuat kita saling curiga apalagi bermusuhan satu sama lain. Justru
perbedaan itu membuat kita semakin bersatu padu bagaikan aneka warna bunga di
taman yang sama. Kita juga bagaikan
simfhoni musik yang indah lantaran perpaduan mesrah dari berbagai macam bunyi nada.
Perbedaan membuat kita semakin teguh dalam persatuan. Kita bersatu untuk
mengatasi berbagai kemiskinan, ketertinggalan dan penyakit sosial lainnya.
Bersama kita bisa meraih kesejahteraan dalam wadah koperasi kredit.
Panca pilar
dirasakan semakin bernas ketika dikaitkan dengan peringatan HUT Koperasi
Nasional yang ke-70, tanggal 12 Juli 2017. Viva GKKI. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar