Oleh Kosmas Lawa Bagho
Tanggal 29 Juni - 01 Juli 2014, Puskopdit Flores Mandiri mengadakan lagi pertemuan anak-anak insan kopdit tingkat SD. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan namun yang selalu diprioritaskan adalah memperkenalkan nilai-nilai koperasi kredit sejak usia dini dan mendorong anak-anak untuk bisa berbicara di depan teman-temannya yang lain. Dibawah ini, acuan berbicara di depan umum (public speacking).
Sejarah
Koperasi Kredit Dunia
Koperasi Kredit atau lebih dikenal Credit Union lahir
pada tahun 1848 di Jerman. Pencetusnya adalah seorang wali kota Flammersfiled
yang bernama Frederich Wilhelm
Raiffeisen. Beliau prihatin terhadap penderitaan yang dialami para petani
yang gagal panen menjadi kaum buruh di perkotaan dengan upah yang kecil
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Kondisi ini menjadi
lahan subur praktek sistem ijon dan rentenir.
Raiffaisen mengatasi masalah ini dengan membagikan
roti dan juga uang dari para dermawan. Namun tidak lama, mereka tetap kembali
ke kondisi kesulitan semula. Berangkat dari kegagalan itu, beliau berkesimpulan
bahwa “kesulitan kaum miskin hanya dapat
diatasi dengan jalan mengumpulkan dari kaum miskin itu sendiri dan kemudian
meminjamkan modal kepada sesama mereka.”
Raiffeisen berhasil mencetuskan 3 prinsip utama
koperasi kredit yaitu:
1.
Tabungan hanya
diperoleh dari anggota.
2.
Pinjaman hanya
diberikan kepada anggota.
3.
Jaminan terbaik
bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri.
Dari Jerman, koperasi kredit ini berkembang ke seluruh
dunia. Di Kanada, gerakan ini dipelopori oleh seorang wartawan yang bernama Alphonse Desjardin, awal abad ke-20.
Dari Kanada, gerakan ini berkembang ke Amerika Serikat yang dipelopori oleh
pedagang kaya raya di Kota Boston yang bernama Mr. Edward Fillene. Dibawah kepeloporannya, koperasi kredit ini
diundangkan pada tahun 1934 dan kemudian membentuk Biro Pengembangan Koperasi
Se-dunia yang berpusat di Madison,
Wiscounsin, USA. Tahun 1971, Biro ini diresmikan menjadi Dewan Koperasi
Kredit Sedunia.
Sejarah
Koperasi Kredit Indonesia
Tahun 1950-an Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan
Pinjam sudah dipraktekkan di Indonesia. Beberapa diantaranya didirikan dengan
mempraktekkan prinsip Raiffeisen. Oleh karena tekanan inflasi yang hebat maka
usaha simpan pinjam tersebut menjadi lumpuh dan banyak yang beralih menjadi
koperasi konsumsi yang berspekulasi uang.
Awal pemerintah orde baru, keadaan keuangan mulai
pulih sehingga koperasi bangun kembali.
Para penggerak ekonomi kerakyatan Indonesia mengundang Dewan Koperasi
Kredit Dunia untuk pengembangan koperasi kredit di daerah ini. Gayung bersambut
sehingga Mr. A.A. Bailey diutus oleh
Dewan Koperasi Kredit Dunia (WOCCU) untuk pengembangan koperasi kredit di
Indonesia.
Terinspirasi oleh Tim dari Dewan Koperasi Kredit Dunia
maka Pater Albrecht Karim Arbie, SJ
bersemangat mengembangkan koperasi kredit di Indonesia. Dalam pengembangan
selanjutnya, beliau dibantu oleh Direktur Jendral Koperasi Ir. Ibnoe Soedjono pada tahun 1976 merestui CUCO untuk melanjutkan
kegiatan pengembangan gerakan ini dibawah payung hukum UU Koperasi Nomor
12/1967.
Tahun 1981, dalam konferensi Koperasi Kredit Indonesia
dibentuk Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) yang kini bernama
Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT). Gerakan ini dikembangkan di Flores pada tahun
1974 yang dipelopori oleh Pater Bernadus
Johanes Baack, SVD atau lebih dikenal dengan Pater B.J. Baack, SVD. Hinga kini, koperasi kredit berkembang besar
di tiga kabupaten yakni Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo.
Pertanyaan kita, “Apa yang membuat koperasi kredit bisa
bertahan hingga saat ini?” Jawabannya ada pada empat pilar utama koperasi
kredit. Empat pilar itu adalah pendidikan, swadaya, solidaritas dan inovasi.
Pendidikan
Pertumbuhan dan keberlanjutan kehidupan koperasi
kredit sangat mengandalkan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana utama untuk
membangun insan koperasi kredit sadar berkoperasi dan mampu berkoperasi kredit
dalam mewujudkan kehidupan anggotanya yang sejahtera dan bermartabat.
Setiap orang untuk menjadi anggota koperasi kredit
hanya melalui pintu pendidikan. Sebab pendidikan mempunyai tugas penting untuk
menanamkan kesadaran akan nilai-nilai koperasi kredit antara lain kemandirian,
solidaritas, kerja sama, kejujuran, bekerja keras dan cerdas, tanggungjawab
sosial dan saling percaya. Koperasi
kredit dimulai dari pendidikan, berkembang karena pendidikan dan dikontrol oleh
pendidikan.
Dengan demikian, melalui pendidikan yang
terus-menerus, insan koperasi kredit juga dapat disadarkan untuk membangun diri
dalam kebersamaan demi membentuk karakter sebagai insan kopdit mulai mengatur
ekonomi keluarga secara bijaksana. Pendidikan membuat kita beralih dari pola
hidup boros untuk hidup hemat dan mulai menabung dari penghematan uang jajan
setiap hari.
Swadaya
Swadaya berarti membangun kekuatan sendiri. Melalui
pilar swadaya ini, para insan koperasi kredit selalu percaya diri dan mempunyai
rasa harga diri untuk terus berjuang mempertahankan hidup secara bermartabat
dalam kerjasama dan kebersamaan dengan orang lain. Koperasi kredit selalu
berusaha untuk sedapat mungkin membiayai dirinya sendiri untuk mengembangkan
koperasi kreditnya semakin besar dan sehat serta para anggotanya semakin
sejahtera.
Melalui semangat swadaya, kita membangun kekuatan
masyarakat setempat melandaskan filosofi pemberdayaan Raiffesien yakni “hanya orang miskin yang dapat mengatasi kesulitannya sendiri”
dengan cara menabung dari apa yang ada pada orang miskin, dipinjamkan kepada
orang miskin untuk pengembangan ekonomi rumah tangganya.
Koperasi kredit sejak awal terbentuknya
tetap konsisten untuk menggerakkan usahanya dengan berpijak pada simpanan dan
tabungan dari anggota, kemudian dipinjamkan kepada anggota. Anggota sebagai
pemilik dan pengguna jasa koperasi kredit.
Kemandirian membebaskan koperasi kredit dari berbagai intrik kepentingan
yang memudarkan semangat keswadayaan.
Solidaritas
Solidaritas koperasi kredit mewujud dalam semboyannya “kau
susah aku bantu, aku susah kau bantu” menjadi semangat yang menjiwai segenap
insan koperasi kredit.
Semangat solidaritas itu nampak secara nyata dalam
kegiatan: simpan teratur, pinjam bijaksana dan angsur tepat waktu agar terjadi
saling tolong menolong di antara sesama anggota dan masyarakat sekitar.
Solidaritas menyadarkan anggota koperasi kredit untuk
tidak hanya memikirkan dirinya sendiri melainkan harus saling melayani, tolong
menolong dan berbuat baik demi kebaikan bersama.
Inovasi
Inovasi juga menjadi salah satu pilar penting bagi koperasi
kredit untuk bertumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Inovasi yang
dilakukan koperasi kredit saat ini adalah menggunakan teknologi komputerisasi dalam
pelayanan kepada anggota serta variasi produk simpanan dan pinjaman sesuai
kebutuhan anggota. Berbagai terobosan dan inovasi tersebut membuat koperasi
kredit semakin berkembang besar, sehat dan dicintai oleh masyarakat Flores
umumnya terutama masyarakat Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo.
Kehadiran koperasi kredit tidak hanya membangun
ekonomi anggota saja tetapi juga memberikan nilai menumbuhkan harkat dan
martabat segenap insan koperasi kredit berdasarkan empat pilar utamanya yakni pendidikan,
swadaya, solidaritas dan inovasi. Untuk itu, empat pilar dimaksud harus terus
dijaga, dipelihara dan dilaksanakan oleh setiap insan koperasi kredit hari ini
dan generasi akan datang.
Sekian dan
terima kasih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar