Oleh
Kosmas Lawa Bagho
Naomi Susan
dalam bukunya, “Be Negative = Jadilah
Negatif” (2007) pernah menulis, “Anda memiliki kebebasan untuk memilih.
Tetapi, mengapa Anda memilih untuk tetap berada dalam keadaan yang sama setiap
harinya dan tidak bergerak lebih maju selangkah demi selangkah?”
Sesungguhnya pada
titik ini, Naomi sedang berbicara lantang tentang perubahan. Perubahan adalah
harga mati bagi setiap orang dalam melakukan usaha apapun di planet bumi ini
untuk suatu kehidupan yang lebih bermartabat ke depannya. Kendati demikian, aktivitas
perubahan butuh perjuangan, butuh pengorbanan ekstra, sebab setiap kali
mendengar kata perubahan, reaksi kebanyakan orang adalah kaget, gelisah,
jengkel, marah, memberontak dan menolak.
Dalam era
kompetisi global seperti saat ini, setiap bisnis (koperasi kredit) pasti
berhadapan dengan persaingan dalam berbagai aspek: mulai dari kualitas anggota,
kualitas produk pendidikan kritis, kualitas produk simpanan dan pinjaman, harga
(besarnya bunga simpanan dan bunga pinjaman yang kompetitif) hingga pelayanan
yang purna mutu dalam selimut untuk terus melakukan perubahan dan inovasi tanpa
henti.
Sayangnya para
pebisnis ataupun anggota koperasi kredit kerapkali memiliki resistensi terhadap
perubahan yang disodorkan oleh pengurus/pengawas dan para manajer bersama
pengelolanya. Sebagian anggota (orang-orang tertentu) sangat enggan untuk
meninggalkan zona nyaman yang selama ini mereka cintai untuk berpindah ke suatu
wilayah yang belum jelas (ketidakpastian).
Selaras dengan
aras pemikiran di atas, Prof. Rhenald Kasali, Phd dalam bukunya,”Re-Code Your Change DNA: Membebaskan
Belenggu-Belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Perubahan,” (2007)
mengeritik cukup tajam dengan menulis,”Banyak orang yang jujur, setia dan
pintar ternyata tak menjadi apa-apa, bahkan mereka frustrasi dan berpandangan negatif
terhadap segala hal. Kenapa? Karena mereka sejak awal berlindung di bawah
selimut kenyamanan (comfort zone).
Pada hal untuk berubah dibutuhkan keberanian untuk keluar dari selimut itu dan
bergelut dengan ketidaknyamanan (danger
zone). Perubahan menghantar kita untuk hidup lebih bergairah, penuh
dinamika dan keberhasilan yang lebih berkualitas dan bermartabat.”
Oleh karena itu,
perubahan boleh dikatakan sebagai magnet tersendiri bagi manusia modern untuk
melakukannya. Akan tetapi banyak orang enggan berubah.
Ada beberapa alasan, mengapa orang tidak
mau berubah:
a.
Yang lama sudah terbukti bagus. Alasan
ini disampaikan karena apa yang telah dilakukan pada masa lampau sudah terbukti
bagus, lancar, mulus dan sukses. Jadi buat apa berubah? Untuk apa meninggalkan
sesuatu yang sudah pasti menuju sesuatu yang belum pasti? Tidak masuk akal
bukan? Selama ini tidak ada yang komplain dengan pelayanan dan produk yang kita
telah tawarkan kepada anggota maupun masyarakat. Pokoknya, mengapa mau berubah
dalam ketidakpastian dengan segala celotehan apologetis (argumentasi pembenaran
diri) lainnya untuk tidak mau berubah.
b.
Rasa takut. Orang tidak mau berubah
karena takut. Waduh, jangan-jangan. Itulah kata-kata yang selalu dilontarkan
oleh orang-orang merasa takut untuk berubah. Kalau melakukan kebiasaan lama,
mereka sudah mengetahui risiko dan konsekuensinya. Sedangkan perubahan membuat
suatu wilayah baru yang tidak jelas dampaknya bagi mereka. Perubahan harus
melibatkan mindset, mental dan fisik. Oleh karena itu, bagi sebagian besar
orang merasa takut untuk beralih (passing over) meski perubahan itu menjanjikan
perbaikan yang lebih dan lebih.
c.
Rasa curiga. Rasa curiga hinggap
manakala terjadi perubahan, apalagi perubahan itu terjadi dalam kondisi dengan
komunikasi yang kurang harmonis berbagai komponen yang ada di dalam organisasi.
Perubahan bagi sebagian orang merasa ada udang di balik batu. Mereka
mengingatkan bahkan mengompori rekan-rekan lainnya untuk waspada dan bertahan
pada apa yang sudah ada. Akibatnya, perubahan tidak akan terjadi. Hal ini
diperkuat lagi dengan naluri dasariah setiap manusia adalah mencari keamanan
dan menghindari bahaya. Perubahan bagi orang-orang yang curiga dianggap sebagai
bahaya sehingga dengan cara apapun harus dihindari.
James Gwee dalam
bukunya,”Setiap Manajer Harus Baca Buku
Ini! Tips dan kiat melakukan perubahan yang tepat & pas di tengah
ketidakpastian”(2009), menyoroti sekurang-kurangnya ada tiga tipe kelompok dalam menghadapi
perubahan.
Tipe pertama
menurut James Gwee dinamakan Kelompok Gung Ho. Kelompok Gung Ho biasanya 20% dari
anggota suatu bisnis atau organisasi. Gung Ho adalah orang-orang yang memiliki
sikap positif dan selalu mendukung upaya perubahan. Orang-orang ini biasanya
menyadari betapa pentingnya berubah untuk kemajuan. Ketika melakukan perubahan
dan mengalami hambatan fisik, Kelompok Gung Ho siap berlatih secara konsisten
dan disiplin sehingga lambat laun apa yang dirasa kaku menjadi lentur, yang
sulit jadi mudah, yang dulunya bimbang jadi yakin, yang jelek jadi bagus.
Kelompok ini berubah dan maju.
Tipe kedua
dinamakan Kelompok W & S (Wait and See). Biasanya kelompok paling besar,
kurang lebih 60% dari populasi sebuah organisasi atau perusahaan bisnis. Kelompok
ini memilih untuk menunggu (wait) dan mengamati (see) apakah Kelompok Gung Ho
sanggup melakukan perubahan atau tidak. Apabila Gung Ho gagal melakukan perubahan
maka Kelompok W & S akan bilang, “Tuh, kan, saya bilang juga apa? Si Gung
Ho saja gagal, apalagi kita. Untung saya tidak mencoba! Yang pintar ya saya,
yang bego si Gung Ho!” Sesungguhnya orang-orang Kelompok W & S bukan
menolak untuk berubah, tetapi menginginkan contoh sukses (best practice)
sebagai patokan. Patokan mereka adalah 20% orang yang masuk dalam Kelompok Gung
Ho.
Tipe ketiga
dinamakan Kelompok Bruce Willis. Kelompok ini 20% dari populasi yang ada di
dalam organisasi atau perusahaan. Bruce Willis terkenal dalam perannya pada
film “The Die Hard”. Orang-orang dalam kelompok Bruce Willis, tidak pernah mau berubah sampai
kapan pun karena mereka sudah kelewat nyaman.
Untuk itu, agar
organisasi (koperasi kredit) bisa
berubah maka perlu melewati proses tujuh langkah mengelola perubahan yakni:
mengantisipasi perubahan, mengindentifikasi perubahan, menjual perubahan,
menggalang sumber daya untuk perubahan, mendobrak zona nyaman, memberikan
penghargaan, belajar dari pengalaman & tidak berhenti berubah.
Langkah 1:
Mengantisipasi Perubahan. Langkah ini menyangkut mindset (cara berpikir). Kita
harus mempersiapkan tim yang kompak dan sigap, mengubah mindset tentang
perubahan dan selalu siap berubah. Kita tahu bahwa perubahan pasti terjadi.
Namun, pada kenyataannya, banyak orang bekerja tanpa sedikit pun mengharapkan
ada perubahan. Akibatnya, perubahan dikonotasikan sebagai gangguan. Kita harus
memprogramkan mindset supaya selalu siap terhadap perubahan.
Langkah 2:
Mengindentifikasi Perubahan. Agar terus berkembang dan memenangi persaingan,
ada banyak perubahan yang harus kita lakukan. Mengingat sumber daya dan waktu
selalu terbatas, perubahan mana saja yang perlu dilaksanakan dan mana yang
perlu ditunda. Bagaimana cara menyusun prioritas perubahan melalui
indentifikasi perubahan secara teliti dan sungguh-sungguh.
Langkah 3:
Menjual Perubahan. Langkah ini dianggap paling krusial agar lembaga atau
koperasi kredit bisa melakukan perubahan-perubahan yang berkualitas dan
bermartabat. Apabila pada langkah ini, kita lakukan dengan baik dan tepat guna
maka tim kita akan lebih siap dan bersemangat untuk berubah. Jika penjulan
perubahan ini tidak dilakukan dengan baik maka tim kita tidak akan berubah
bahkan melakukan perlawanan untuk tidak mau berubah. Kalau pun mau, mereka akan
melakukannya dengan setengah hati dan segala hal yang dilakukan setengah hati
sudah pasti gagal.
Langkah 4:
Menggalang Sumber Daya untuk Perubahan. Apabila orang-orang atau tim kita sudah
siap untuk melakukan perubahan maka kita segera menggalang sumber daya sehingga
tim dan organisasi melihat bahwa perubahan itu harus dilakukan demi suatu
pertumbuhan dan perkembangan usaha yang lebih progresif dan mendatangkan
manfaat.
Langkah 5:
Mendobrak Zona Nyaman. James Gwee tidak memberikan pengertian yang jelas
tentang ini namun dia memberikan gambaran bagaimana caranya kita mendobrak zona
nyaman agar perubahan bisa dilakukan dengan sedikit lebih lancar. Dia
memberikan cerita nyata ketika organisasi mereka menjual jasa pelatihan komputer
secara gratis kepada para kepala sekolah SD. Tiap angkatan, ada tiga kelompok dengan
cirri-ciri tertentu. Kelompok pertama, guru-guru yang baru lulus dari sekolah
guru; kelompok kedua, guru-guru yang berusia 30-50 tahun dan kelompok ketiga,
guru-guru senior yang sudah mendekati usia pensiun bahkan ada beberapa yang
sudah melewati usia pensiun tetapi masih aktif mengajar karena masih sehat.
Guru-guru
dari kelompok pertama cepat tanggap karena sudah cukup akrab dengan komputer.
Kelompok kedua juga relative mudah menangkap. Mereka hanya perlu dijelaskan
satu dua kali dan langsung bisa mengerti. Kelompok ketigalah (guru-guru senior)
yang paling sulit. Mereka banyak mengeluh. “Saya sudah terlalu tua untuk
belajar komputer. Komputer ini untuk anak-anak muda. Untuk apa saya belajar?
Sebentar lagi juga sudah pensiun”. Karena paling menolak belajar, mereka paling
sering melakukan kesalahan dan tidak menuruti intruksi guru komputer. Semakin
sering melakukan kesalahan, makin kencang keluhan mereka.
Melihat
kesulitan tersebut, lembaga kursus dimaksud membagi para kepala sekolah dalam
tiga kelas berbeda. Dengan pembagian kelas tersebut, kinerja kursus setiap
kelompok meningkat. Kelompok pertama yang sudah memiliki kemampuan dasar dapat
belajar dengan sangat cepat. Kelompok kedua juga demikian. Kelompok ketiga
tidak diberi kursus komputer langsung. Tetapi tiap komputer diinstal sebuah
permainan. Ketika melihat permainan, para kepala sekolah tertarik untuk
melakukannya. Mereka menjadi semangat dan menikmati permainan dalam komputer
tanpa menunggu intruksi para guru komputer. Begitu mereka sudah terbiasa dengan
komputer baru diajarkan berbagai program kursus. Para kepala sekolah senior
itupun menerimanya tanpa keluhan sama sekali. Inilah salah satu contoh konkret
bagaimana cara mendobrak zona nyaman agar organisasi bisa melakukan perubahan
tanpa perlawanan.
Langkah 6: Memberikan
Penghargaan. Ini salah satu langkah yang paling sering dilupakan dan diabaikan
dalam proses perubahan. Perlu diingat bahwa orang atau kelompok mengubah
situasi dari nyaman ke tidak nyaman membutuhkan perjuangan yang besar. Upaya
dan perjuangan itu perlu dihargai. Penghargaan di sini tidak selalu berarti
dalam bentuk uang, cukup dengan sapaan atau pujian yang tulus sebagai bentuk
pengakuan, pemajangan foto pada majalah organisasi (kalau ada), dipanggil di
depan rekan-rekan lain untuk diberikan ucapan selamat atau pemberian suvenir.
Yang penting orang atau kelompok tahu bahwa dia memperoleh penghargaan dari
perusahaan atau organisasi.
Langkah 7:
Belajar dari Pengalaman dan Tidak Berhenti Berubah. Setelah melakukan 6 langkah
perubahan tentu ada pembelajaran menarik untuk melakukan perubahan berikutnya
lebih lancar dari sebelumnya. Tentu ada tantangan dan kejutan-kejutan tak
terduga dalam keseluruhan proses maka perubahan harus dilakukan secara
terprogram dan berkelanjutan (tidak berhenti berubah atau melakukan inovasi).
Selama organisasi atau bisnis kita ingin menjadi yang terdepan
(sekurang-kurangnya mampu bertahan) dalam persaingan, kita harus terus berubah.
Gerakan koperasi
kredit yang berpayung dibawah Puskopdit Flores Mandiri telah berusia 40 tahun
lebih. Dalam perjalanannya, ada jatuh dan bangun, ada tawa dan air mata serta
tentu ada perubahan-perubahan seperti pelayanan bulanan berubah ke pelayanan
harian dengan tempat pelayanan yang tetap dan nyaman, pengerjaan pembukuan
secara manual berubah kepada program komputerisasi, membuka variasi produk
simpanan dan pinjaman sesuai kebutuhan anggota dari pada hanya satu produk yang
membosankan, pelayanan yang dilakukan oleh pengurus berubah kepada manajer dan
staf termasuk perubahan jadual RAT yang dianggap lebih efektif dan
menguntungkan serta perubahan-perubahan kecil lainnya yang sudah mendatangkan
kebaikan dan kemajuan seperti yang dirasakan secara kasat mata oleh anggota
maupun masyarakat pada saat ini meski disadari bahwa berbagai perubahan itu
belum mendatangkan keuntungan dan kepuasan bagi semua orang (anggota).
PELUANG LAIN LAGI, APAKAH ANDA USAHA MAN / WANITA, A PEKERJA DI ORGANISASI, Wiraswasta? Membutuhkan pinjaman pribadi untuk bisnis tanpa stres, Jika demikian, hubungi kami hari ini, kami menawarkan pinjaman tahun baru pada tingkat bunga rendah dari 2%, Anda dapat memulai tahun baru dengan senyum di wajah Anda, keselamatan, kebahagiaan kami pelanggan adalah kekuatan kita. Jika Anda tertarik, mengisi formulir aplikasi pinjaman di bawah ini:
BalasHapusInformasi Peminjam:
Nama lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor ponsel: ________
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com