Kamis, 29 Maret 2012

Praktek Wawancara Calon Fasilitator BIS

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sesuai rencana dan jadual pelatihan BIS adalah hari ketiga melakukan praktek wawancara pada tempat praktek yakni tiga kopdit yang telah dihubungi menjadi uji coba wawancara para peserta pelatihan calon fasilitator BIS (Business Information System). Ke-23 peserta pelatihan dibagi dalam tiga kelompok yakni Kelompok Kucing (7 orang) melakukan praktek di Kopdit Bahtera Ende dengan pendamping Bapak Charlie Venture, Kelompok Monyet (8 orang) melakukan praktek di Kopdit Serviam Ende dengan pendamping Bapak Michelle Semwogerere dan Kelompok Harimau (8 orang) melakukan praktek di Kopdit Kapo Kunu –Nangaba dengan pendamping Bapak Morris Mungai dan Bapak Kosmas Lawa Bagho.

Wawancara dilakukan untuk tiga klasifikasi yakni wawancara kepada pemerintah setempat (Kepala Desa dan Lurah) wilayah koperasi kredit tempat praktek berada. Untuk Kopdit Kapo Kunu melakukan wawancara dengan Kepala Desa Rukuramba-Nangaba sementara Kopdit Serviam dan Kopdit Bahtera mewawancarai Lurah Paupire Ende. Selain itu, peserta juga mewawancarai pengurus dan manajemen koeprasi kredit masing-masing serta lima orang anggota dengan jenis usaha berbeda.

Para peserta sungguh bersemangat mempersiapkan diri untuk terjun langsung ke lapangan melakukan praktek wawancara meski sesungguhnya di koperasi kredit masing-masing, mereka senantiasa berhadapan dengan anggota. Walaupun demikian praktek wawancara untuk mengetahui apa mata pencaharian anggota sehingga kopdit mampu melakukan asistensi, ini menjadi momen menarik tersendiri. Hal ini ditandai dengan antusiasme peserta sudah pagi-pagi menunggu koordinasi para pembimbing untuk melakukan praktek lapangan.

Wawancara bagi pemerintah desa atau kelurahan memiliki fokus pada profil wilayah, potensi desa atau kelurahan, demografi, geografi serta apa yang telah dilakukan dengan strategi peningkatan atau pengembangan ekonomi masyarakat. Hasil wawancara kelompok pemerintah mengakui bahwa pemerintah desa atau kelurahan memiliki database anggota hanya belum memfokuskan diri pada usaha-usaha masyarakat di daerahnya masing-masing namun sudah ada kegiatan pelatihan UBSP (Seruni) pernah mendapatkan prestasi tingkat nasional, pengelolaan makanan lokal (kripik pisang, kripik ubi dan stik jagung yang juga dipasarkan di Hero Swalayan Ende, tenun ikat (corak Ende-Lio) bekerjasama dengan Dinas Perindag Ende (khusus Kelurahan Paupire Ende) sementara Desa Rukuramba ada kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelatihan meubler dan fermentasi minyak kelapa murni hanya belum konsisten pendampingannya.

Wawancara dengan pemerintah untuk mengetahui bagaimana Kopdit membangun jaringan dengan pemerintah setempat atau pemerintah melakukan kerjasama dengan koperasi kredit untuk menyatukan berbagai sumber daya demi memberdayakan masyarakat miskin. Melalui wawancara diperoleh hasil sementara bahwa keduanya belum membangun jaringan yang lebih intensif dan terarah. Walaupun demikian, ke depan tentu memiliki peluang besar untuk membangun jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.

Wawancara pengurus dan manajemen koperasi kredit tempat praktek (Kopdit Bahtera Ende, Kopdit Serviam Ende dan Kopdit Kapo Kunu Nangaba) dengan pola sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan pelayanan, strategi pengembangan serta data-data pertumbuhan 3 tahun terakhir, jumlah anggota berdasarkan pekerjaan dan usaha, sistim dan prosedur pelayanan pinjaman, jejaringan serta kegiatan penguatan kapasitas fungsionaris dan anggota terutama peningkatan wirausaha anggota.

Disadari bahwa masing-masing koperasi kredit melaksanakan proses pengembangan kewirausahaan anggota belum terfokus dan hanya secara gradual karena kesulitan fasilitator kewirausahaan yang andal serta tenaga/karyawan pendamping. Apalagi masing-masing koperasi kredit melaksanakan pengembangan kewirausahaan anggota belum didukung dengan data base jenis-jenis usaha anggota secara optimal sehingga kesulitan dalam proses pendidikan atau pendampingannya. Koperasi kredit masih memfokuskan diri pada pengatahuan dan ketrampilan “dapur pelayanan” dalam arti administasi dan pelayanan keuangan anggota.

Benar apa yang disetir oleh Mr. Charlie Venture, bahwa fungsionaris (pengurus dan manajemen) masih berkutat secara memadai pada administrasi keuangan, pelayanan kredit dan penyelesaian kredit macet namun kurang perhatian pada peningkatan ataupun membangun jiwa kewirausahaan anggota meski harus disadari bahwa tanpa anggota, fungsionaris (terutama manajemen/karyawan) tidak mendapatkan pendapatan dari koperasi kredit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan lembaga keuangan koperasi kredit tentu tidak akan berkelanjutan. Harapan dan sentilan ini hendaknya menginsafkan para fungsionaris koperasi kredit tempat praktek dan koperasi kredit-koperasi dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri atau koperasi kredit/CU sejagad.

Untuk wawancara dengan anggota pengusaha yang selama ini memanfaatkan pinjaman dari koperasi kredit untuk pengembangan usaha memfokuskan diri pada latarbelakang usaha, lokasi usaha, jenis usaha, modal usaha, karyawan usaha, arus kas usaha, perencanaan usaha, proses/strategi pemasaran, kendala yang dihadapi dan harapan-harapan pengembangan usaha.

Sampel usaha yang diwawancarai untuk Kopdit Serviam adalah usaha kios, warung makan, ternak ayam, ternak babi dan bengkel kayu dan kos-kosan., sedangkan Kopdit Kapo Kunu adalah usaha kakao, ternak ayam, batu merah, kios, tenun ikat dan Kopdit Bahtera adalah jahit, tambal ban, bengkel mobil dan warung dan kios.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa para pengusaha lokal belum secara serius mengembangkan usahanya atau menganggap usaha hanyalah sampingan sehingga ada kendala tidak total melaksanakan usaha yang sedang digelutinya. Ada beberapa usaha yang sejenis sehingga menimbulkan persaingan usaha yang sangat kompetitif bahkan saling merugikan dengan pinjaman dari lembaga yang sama adalah koperasi kredit. Kendala lain adalah kurangnya kompetensi para pelaku atau karyawannya yang dipekerjakan apalagi ada karyawan yang tidak loyal, kurangnya pendampingan usaha dari koperasi kredit misalnya pelatihan pembukuan, manajemen usaha serta monitoring melekat. Umumnya para pengusaha local yang adalah anggota koperasi kredit mengharapkan agar ada pelatihan khusus sesuai jenis usaha yang mereka geluti dan pendampingan intensif dari fungsionaris koperasi kredit termasuk membantu membuat proposal usaha, perencanaan usaha, arus kas serta pemasaran.

Para peserta sungguh bahagia karena mereka terjun langsung melakukan praktek lapangan untuk mengalami langsung situasi riil dan menerapkan pengatahuan dan ketrampilan yang diperoleh di dalam ruang pelatihan agar sekali kelak mereka mampu memberikan advis pengembangan usaha dan mereka sendiri secara pribadi dapat memulai dan meningkatkan usaha sesuai potensi pasar yang dimiliki di suatu daerah.

Profisiat. Semoga ilmu dan ketrampilan tidak cepat menguap dan mati karena tidak lagi mengimplementasikan secara sungguh-sungguh setelah pelatihan selesai. “Go forward Pengusaha Kopdit!”
Read more...

Rabu, 28 Maret 2012

Serba-Serbi Acara Pembuka Pelatihan BIS (Business Information System)

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Acara pembuka Pelatihan BIS (Business Information System) yang diadakan atas kerjasama Puskopdit Flores Mandiri dengan VSO Indonesia di Aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri tanggal 26 – 30 Maret 2012 diisi dengan sapaan selamat datang oleh Manajer Puskopdit Flores Mandiri, Drs. Mikhael H. Jawa, sambutan fasilitator; Charlie Venture, Advisor BIS, Voluntir berasal dari Philipina yang diperbantukan di Puskopdit Swadaya Utama-Maumere dan Morris Mungai, Voluntir dari Kenya yang diperbantukan di SMK Aeramo-Mbay.

Peserta yang direncanakan 25 orang namun yang hadir 23 orang yakni Kopdit Sangosay 3 orang, Kopdit Boawae 4 orang, Kopdit Sinar Harapan 1 orang, Kopdit Koptama 1 orang, Kopdit Bahtera 2 orang, Kopdit Sehati 2 orang, Kopdit Setiawan 2 orang, Kopdit Serviam 1 orang, Kopdit Sartika 2 orang dan Kopdit Gelaga 1 orang. Yang tidak hadir utusan dari Kopdit Handayani –Bajawa padahal sudah mendaftar. Panitia atau pelancar kegiatan pelatihan adalah Kosmas Lawa Bagho, Kepala Bidang SDM Puskopdit Flrores Mandiri dan Michelle Semwogerere, voluntir dari Uganda yang diperbantukan di Puskopdit Flores Mandiri.

Drs. Mikhael H. Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri dalam sapaan awal mengatakan bahwa terima kasih kepada VSO-Indonesia yang telah memberikan 2 tenga (ahli BIS) ditengah kesibukan untuk membagi ketrampilan tentang BIS kepada calon fasilitator BIS kopdit-kopdit peserta dalam payung Puskopdit Flores Mandiri. Pelatihan ini mengarahkan dan membantu anggota untuk pinjam usaha dan meminimalisir pinjaman hanya hal-hal konsumtif atau kesejahtraan. Selama ini pinjaman masih berbasis intuisi dan belum berbasis data. Kita bisa membuat proposal kecil untuk usaha anggota, katanya.

Lebih lanjut Mikhael mengatakan bahwa kompetensi petugas lapangan mampu melakukan wawancara atau komunikasi wawancara perlu ditingkatkan secara memadai. Pembelajaran kali ini teori dan praktek lapangan. Kerja dengan masyarakat --- kerja riil menyiapkan pakan ternak sampai musim kering. Setelah pelatihan: diharapkan peserta bisa membuat proposal usaha, perencanaan usaha. Praktek wawancara akan dilakukan pada 3 kopdit tempat praktek untuk 5 orang usaha berbeda yakni Kopdit Bahtera, Kopdit Serviam dan Kopdit Kapo Kunu.

Sementara itu Charlie Venture mengatakan bahwa memfasilitasi anggota buat proposal usaha. Kios misalnya kita intervensi pembukuan, analisa pinjaman untuk usaha kios namun banyak yang gagal. Bagaimana pendampingan, apa guna usaha, banyak yang gagal (kita analisis). Kita juga memperhatikan promosi dan pemasaran hasil usaha anggota. Kadang anggota memiliki hasil usaha yang bagus tetapi mereka sulit menemukan pasar untuk membeli produk yang telah anggota hasilkan. Promosi bisa dibuat melalui pameran bekerjasama dengan pemerintah setempat.

Pembicara terakhir adalah Morris Mungai. Beliau mengucapkan terima kasih untuk kepercayaan dan bisa hadir di sini diantara peserta calon fasilitator BIS. Kita coba melakukan teori terutama praktek penyimpanan pakan ternak sampai musin kering. Flores memiliki potensi ternak namun belum ada peningkatan kualitas dan produksi ternak. Kita coba praktekkan besok ( selama 1 hari).

Acara pembuka dilanjutkan dengan acara perkenalan serta penymapaian harapan maupun kekuatiran peserta dalam mengikuti seluruh proses pelatihan BIS sejak hari pertama hingga hari kelima. Untuk acara perkenalan menggunakan metode pemilihan gambar yang telah disediakan fasilitator yang dilakukan oleh peserta lalu peserta memperkenal diri; nama, asal kopdit dan jabatan di kopdit yang diiringi dengan musik. Acara perkenalan berlangsung dalam suasana santai, rileks dan bahkan penuh tawa yang semakin mengakrabkan peserta yang satu dengan yang lain. Peserta tidak merasa canggung satu sama lain maupun terhadap fasilitator.

Harapan peserta terhadap pelatihan adalah bisa mengetahui potensi ekonomi anggota, bisa menerangkan sistim bisnis kepada anggota, bisa mendampingi anggota sebelum dan sesudah pinjaman, bisa menjadi fasilitator yang baik untuk menyampaikan ilmu dan ketrampilan BIS kepada anggota agar dapat diaplikasikan dengan baik, bisa merubah pola pikir yang lebih bermutu guna meningkatkan usaha-usaha anggota.

Menjadi fasilitator dengan pengalaman praksis, mampu meningkatkan nilai kemandirian anggota dalam berwirausaha, meningkatkan keterampilan peserta dalam mendampingi anggota, dapat mengaplikasikan ilmu bisnis kepada anggota, materi yang disajikan hendaknya lebih praktis sesuai kondisi riil anggota, menambah pengalaman tentang bisnis, bisa membantu anggota melahirkan bisnis atau usaha, mampu dan terampil membuat proposal usaha dan perencanaan bisnis pribadi maupun anggota, membuka cakrawala untuk membangun usaha anggota serta mampu mencari dan menyeleksi usaha anggota sesuai kebutuhan pasar.

Sementara kekuatiran peserta antara lain: materi yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan riil anggota, tidak mampu menyerap materi BIS dalam alokasi waktu yang singkat, tidak mampu menjadi fasilitator BIS yang andal dalam mendampingi usaha anggota, belum mampu membuat proposal usaha dan perencanaan bisnis sampai pelatihan selesai, kurang mampu mendampingi usaha anggota dan usaha anggota gagal, tidak mampu mempromosi dan memasarkan hasil produk anggota, tidak mampu memahami BIS dan tidak mampu menerapkan hasil pelatihan kepada anggota.

Tujuan pelatihan dikatakan Charlie adalah peserta bisa melakukan pelatihan matapencaharian anggota (mendampingi matapencaharian anggota, melakukan wawancara matapencaharian anggota sebelum dan sesudah melepaskan pinjaman, melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaat pinjaman sesuai kontrak, fasilitator harus tahu berapa prosentase keuangan yang dimanfaatkan sesuai tujuan pinjaman anggota yang dicantumkan pada surat perjanjian pinjaman terutama pinjaman untuk tujuan produktif), manajemen bisnis (bagaimana peserta setelah pelatihan mampu mengadvis anggota sebab kadang pembimbing kurang advis manajemen usaha atau bisnis anggota. Misalnya pinjam untuk kios bagaimana untung dan ruginya?.

Di suatu tempat sudah ada pengusaha kios namun ada anggota kita ajukan lagi pinjaman untuk kios. Bagaimana kita memberi advis sebelum memberikan pinjaman?, promosi dan pemasaran (bagaimana kita membeli kue? Di toko atau kios orang lain. Ada anggota yang usaha kue kita tidak beli. Bagaimana kita membantu mempromosi dan pemasaran produk-produk anggota? Waktu RAT hendaknya ada pameran produk anggota agar membantu mempromosi dan memasarkan hasil produk anggota).

Selama lima hari, fasiltator dan peserta akan bergelut dengan matari secara berturut-turut sebagai berikut: Hari Pertama: Orientasi dan Mata Pencaharian, Hari Kedua: Praktek Lapangan dan Hasil, Hari Ketiga: Analisa Bisnis dan Penulisan Proposal, Hari Keempat: Promosi dan Pemasaran dan Hari Kelima: Fasilitator BIS yang Efektif.
Read more...

Selasa, 27 Maret 2012

Silase: Tehnis Pakan Ternak Diperuntukkan Hingga Lima Tahun

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Hari kedua kegiatan Pelatihan BIS (Business Information System) sejak pukul 08.00-14.00 difasilitasi oleh Morris Mungai dengan fokus utama membuat Silase: Tehnis Pembuatan Pakan Ternak (Sapi dan Babi) yang bisa dipersiapkan bertahan hingga lima tahun kemudian.

Morris Mungai, membuka sesi hari ini dengan teori selama dua jam lalu dilanjutkan dengan praktek lapangan di sekitar lokasi pelatihan di Jalan Melati No. 1 Ende-Flores-Nusa Tenggara Timur. Morris mengajukan pertanyaan awal yang juga tidak kalah menggigit “Apakah Flores (Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo) termasuk miskin? Ada beragam jawaban dari peserta pelatihan, yang kebanyakan menyatakan “ia”.

Sang fasilitator membalik cara berpikir peserta bahwa sesungguhnya Flores (Ende, Ngada dan Nagekeo) dari sisi potensi alam dan sumber daya alam tidak tergolong miskin. Jika dibandingkan dengan negeri Kenya, negeri asal saya, kata Morris, Flores memiliki bulan-bulan curah hujan yang lebih tinggi jika dalam keadaan normal, musim hujan di Flores mulai bulan Oktober hingga bulan April tahun berikutnya, berarti kurang lebih 7 bulan sementara di Kenya, mulai bulan April-Juni dan bulan Oktober berarti hanya 4 bulan.

Apalagi daerah Flores memilki sumber daya antara lain: sawah padi, tanah subur, jumlah penduduk besar, hutan luas dan curah hujan tinggi, memiliki berbagai jenis rumput-rumputan, jenis-jenis ikan laut dan air tawar, jenis-jenis ternak, pasir, batu, budaya yang kuat dll. Kalau demikian, apakah Flores masih dikatakan daerah miskin?? Kata Morris retoris.

Masyarakat Flores bukan orang miskin hanya orang belum meningkatkan produktivitas sesuai potensi yang dimiliki. Orang melakukan sesuatu belum berorientasi bisnis, hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri dengan tehnis yang masih tradisional. Misalnya memelihara babi biasanya orang memelihara hanya 1-2 ekor dengan tehnis yang tradisional yakni memberikan jenis makanan dari batang pisang yang kadar airnya sampai 90% dicampur dengan dedak yang adalah hasil limbah dari penggilingan padi. Berbagai makanan tersebut tidak memiliki kadar protein sedikitpun padahal babi membutuhkan 18-20% protein setiap kali makan. Kalau demikian bagaimana babi bisa bertumbuh dan berkembang dalam durasi waktu 4-5 bulan untuk dijual dengan harga yang bersaing? Belum lagi ditambah babi hanya diikat bagaikan anak-anak kecil bermain gasing sehingga setelah makan, babi tersebut melakukan olahraga gasing mengelilingi ikatan.

Untuk itu, para fasilitator BIS hendaknya melakukan intervensi bagi masyarakat atau anggota koperasi kredit agar melakukan pemeliharaan ternak secara professional dengan berorientasi bisnis. Fasilitator bisnis memberikan advis baik persiapan terutama penyediaan pakan ternak dengan tehnis yang tepat guna yang bisa meningkatkan produktivitas ternak yang bisa memberikan pendapatan tambahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pribadi dan kelompok dan meminimalisir kredit macet di lembaga keuangan koperasi kredit.

Ada banyak tehnis pembuatannya namun kali ini, memfokuskan diri pada “Silase”. Silase ini dibuat untuk pakan ternah sapi dan babi yang sekali buat, penyiapan persediaan makanan hingga lima tahun kemudian.

Silase adalah produk fermentasi terkontrol pakan hijau mempertahankan kadar air tinggi yaitu 60-70 %.Silase terdiri dari hijauan hijau diawetkan dengan fermentasi dalam silo untuk digunakan sebagai pakan ternak selama periode kelangkaan pakan pada musim keramau. Proses pembuatan silase disebut ensiling. Bahan ini biasanya disimpan dalam lubang di bawah kondisi anaerobik.

Proses ensilase terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob), bakteri yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additive).

Tujuan membuat Silase yakni untuk membangun cadangan untuk pemanfaatan pakan selama periode kekurangan pakan, misalnya musim kemarau atau musim dingin. Sebagai suplemen pakan rutin untuk meningkatkan produktivitas ternak. Untuk memanfaatkan pertumbuhan lebih dari padang rumput untuk manajemen yang lebih baik.

Bahan-bahan untuk membuat Silase antara lain tanaman pakan ternak non-leguminosa DENGAN karbohidrat tinggi, seperti jagung, gandum, sorgum, millet mutiara, dan rumput yang dibudidayakan yang paling cocok untuk ensiling. Bahan itu bisa berupa rumput, kacang polong, tanaman pakan ternak (misalnya sorgum, jagung), sisa tanaman atau produk.

Cara membuat Silase adalah:
a. Silase di dalam plastik.
b. Silase di dalam Drum/ Tong.
c. Silase di dalam Silo/ Lubang.
d. Silase di atas tanah.

Prosedur membuat Silase adalah :
a. Cincang rumput-rumputan dengan panjang 5 cm.
b. Timbang bahan untuk mengetahui berapa kg silase dibutuhkan ternak dalam jangka waktu tertentu (juga dilihat dari aspek bisnis).
c. Isi dialam silo dan diinjak sampai padat agar udara tidak masuk.
d. Tutup pakai plastik dan tanah.

Apabila sudah ditutup dengan plastik atau tanah menunggu sampai jangka waktu 1-2 minggu baru dibuka sedikit demi sedikit dari ujung untuk diberikan kepada ternak dengan ukuran 2 kg setiap kali beri makan. Setelah mengambilnya, harus ditutup kembali. Apabila sudah membuka begini, silase hanya bertahan hingga 1 bulan kemudian namun apabila tidak pernah dibuka bisa bertahan hingga lima tahun kemudian. Untuk itu, bisa disiasti bahwa pada musim hujan, membuat silase beberapa tempat sehingga bisa dipersiapkan untuk musim kering sebab ternak tidak mau makan rumput-rumputan kering. Silase bisa mempertahakan kehijauan.

Selamat mencoba, semoga sukses membantu pengembangan bisnis ternak yang andal dan sukses!

Read more...

Tips Sukses Menjadi Wirausahawan Muda

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Tanggal 26-30 Maret 2012, Puskopdit Flores Mandiri kerja sama dengan VSO-Indonesia menyelenggarakan Pelatihan BIS (Business Information System) yang difasilitasi oleh Charlie Venture dibantu oleh Morris Mungai, keduanya sama-sama tenaga voluntir. Charlie, advisor BIS yang diperbantukan di Puskopdit Swadaya Maumere sedangkan Morris diperbantukan di lembaga pendidikan SMK Nagekeo di Mbay.

Selama kurang lebih lima hari, mereka memfasilitasi dengan metode teori dan praktek lapangan disertai metode diskusi yang tentu tidak membosankan peserta. Peserta yang dilibatkan adalah para calon fasilitator BIS yang dipersiapkan secara khusus agar mereka mampu membantu anggota koperasi kredit mulai melakukan wirausaha, mampu membuat proposal usaha dan perencanaan bisnis baik pribadi maupun kelompok.

Kegiatan pelatihan ini akan ditulis berseri setiap hari untuk memberikan gambaran lengkap kepada pembaca atau aktivis koperasi kredit yang tidak mengikuti secara langsung namun penting untuk meningkatkan atau membangkit jiwa wirausaha dalam diri pribadi maupun kelompok terutama koperasi kredit dengan harapan bisa meminimalisir kredit macet di dalam gerakan koperasi kredit.

Charlie Venture membuka session ini dengan pertanyaan menggelitik para peserta. Peserta pelatihan ada 25 orang dan berapa yang memiliki usaha. Dari 25 peserta yang ikut pelatihan hanya 2 orang yang sudah mulai melakukan usaha sendiri. Pertanyaan lebih jauh dari Charlie untuk menggugat jiwa wirausaha para peserta pelatihan, “Bagaimana kita bisa menjadi fasilitator BIS jika kita sendiri tidak memiliki usaha?”

Untuk berwirausaha biasanya kesulitan pada awal memulainya. Orang menjadi sulit untuk memulai usaha karena cara berpikir. Ada yang berpikir positif dan ada yang berpikir negatif. Ciri-ciri orang berpikir negatif adalah tidak menarik, tidak laku, mutu jelek, gagal dan rugi sementara cirri-ciri orang berpikir positif adalah produk menarik, kualitas istimewa, pembeli puas, sukses dan untung. Cara berpikir akan menentukan untuk memulai usaha dan bertekun untuk terus mengembangkannya.

Untuk menjadi wirausahawan muda sukses perlu menerapkan 5 D secara konsisten yakni: Dream (wirausaha sukses memiliki impian dan visi yang jelas tentang masa depan bisnisnya, tulislah impian bisnis dan ditempel pada dinding rumah), Deciveness (wirausaha sukses memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan untuk memulai usaha), Doers (mulai melakukan tidak hanya berbicara: Nato, No action, talk only), Determination (melaksanakan kegiatan bisnis dengan perhatian dan tidak mudah menyerah meski ada banyak tantangan), Dedication (wirausaha memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan bisnisnya).

Walaupun demikian ada tantangan atau kesulitan untuk mengembangkan usaha sukses khusus secara local di Flores (Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo) antara lain: kurangnya kelompok yang terorganisir dengan solid, kurangnya standar hadiah bagi yang wiraushawan sukses, kurangnya industri manufaktur (pabrik), metode pertanian tradisional hanya untuk makan minum setiap hari belum berorientasi bisnis, kurangnya fasilitas irigasi, masih mengutamakan simbol kekayaan (belis, pesta, darurat), kurangnya ketrampilan menajemen, sulit akses ke pasar, kurangnya ketrampilan jaringan, kurangnya keterampilan manajemen bisnis dan kurangnya modal.

Untuk mengatasi kesulitan atau tantangan agar kita segera memulai usaha atau mengembangkan usaha kearah yang lebih sukses yaitu mencari peluang usaha dengan cara: membaca artikel usaha di majalah atau surat kabar, mengikuti kursus atau lokakarya tentang usaha, membaca bigrafi atau kisah sukses para pengusaha pilihan, ngobrol atau observasi dengan pelaku usaha (belajar kesuksesan dan kegagalan), penelitian sederhana, mengenali pribadi anda sebagai wiraushawan baru (memahami karakter pribadi, memahami motivasi diri, memahami bakat dan kemampuan diri serta memahami pengalaman hidup pribadi), melakukan penentuan jenis usaha secara cermat (lihat karakter usaha yang akan dimasuki, lihat apakah anda menyukai bisnis dimaksud, lihat kemampuan apakah anda mampu menjalan usaha dimaksud) dan mengusai aspek teknis dalam membuka usaha (permodalan dan pengelolaan keuangan, memiliki mentor sebagai penasihat atau konsultan usaha).

Selamat mencoba, semoga anda mampu menjadi wirausahawan muda, dengan demikian bisa membantu membangkitkan jiwa wirausaha orang lain atau anggota koperasi kredit.
Read more...

Jumat, 23 Maret 2012

Tips Sukses Menabung

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Berbagai penelitian yang sempat dipublikasikan secara luas di berbagai media dalam kaitan dengan menabung senantiasa menampilkan data-data statistik yang memiris hati setiap orang yang membacanya. Data-data penelitian senantiasa menampilkan perolehan angka-angka yang menunjukkan secara telanjang kepada kita bahwa memang budaya atau karakter menabung masih menjadi titik kritis yang harus terus diperjuangkan demi meningkatkan pendapatan ekonomi para keluarga di Flores dengan hasil perolehan setiap bulan.

Data statistik menunjukkan hasil bahwa budaya menabung bagi masyarakat Flores cuma 1% sementara 99% lainnya semua perolehan pendapatan dialokasikan untuk hal-hal konsumtif; belanja harian rumah tangga, pesta adat, belis atau pesta-pesta lainnya bahkan ada kecenderungan negatif lainnya seperti mabuk-mabukkan, judi dan kresahan sosial lainnya yang membuat setiap individu masyarakat Flores tidak memiliki budaya untuk menabung. "Pendapatan yang diperoleh hari ini, dihabiskan untuk hari ini, tidak pernah memiliki perencanaan keuangan untuk hari esok apalagi masa depan hehehehe".

Kita tentu tidak menangisi apa yang telah terjadi atau menangisi kegelapan, ada baiknya kita menyalakan sebatang lilin keski kita ketahui bahwa lilin yang kita nyalakan tidak terang benderang namun harus ada keyakinan bahwa "lilin yang berkedip tak terpatahkan dan gelagah yang terkulai tidak terpatahkan".

Usaha untuk membangun kesadaran menabung secara terencana dan tertib membutuhkan proses dan perjuangan yang memakan waktu dan biaya. Apabila kita berputus ada maka kita akan berhenti berlari sebelum masuk finish dengan berbagai alasan pembenaran diri yang membuat kita masyarakat Flores untuk tidak memulai membangun karakter menabung meski dalam keluarga kita masing-masing.

Untuk itu, ada baiknya, kita meresapi apa yang disharingkan oleh Hasuna melalai www.tabloidnova,com bahwa budaya menabung harus diusahakan sejak usia dini dengan berbagai tawaran sebagai berikut:
1. Tentukan terlebih dahulu tujuan menabung, agar Anda memiliki target tertentu yang harus dicapai. Dengan demikian, Anda akan lebih bersemangat utnuk menabung.
2. Alokasikan dana yang akan ditabung segera setelah gajian, bukan diakhir bulan, untuk mencegah uang habis sebelum sempat disisihkan.
3. Pisahkan rekening untuk menabung dan rekening pemasukan Anda. Dengan demikian, keuangan lebih mudah dikontrol setiap bulan.
4. Berapapun penghasilan Anda, biasakan untuk menabung, sehingga Anda akan terbiasa melakukannya. Penghasilan yang kecil bukan alasan tak bisa menabung.
5. Biasakan melakukan pengeluaran dengan jumlah lebih sedikit dari pada penghasilan Anda, agar tidak tekor di akhir bulan.
6. Buatlah daftar anggaran selama satu bulan baik yang rutin maupun tidak, sehingga tidak ada uang yang habis tanpa tujuan sesuai kebutuhan yang mendasar.
7. Jangan lapar mata. Bila Anda memang gampang terpancing untuk berbelanja, jauhi hal-hal atau tempat yang bisa membuat Anda menghabiskan uang di luar rencana anggran.
8. Bila penghasilan Anda bertambah, naiklah pula dana yang akan ditabung.
9. Tak ada kata terlambat untuk menabung. Mulailah menabung sedini mungkin, sehingga hasil yang didapat juga lebih optimal.

Untuk kalangan anak-anak usia SD-SMP, kita nelatih mereka dengan celengan masing-masing namun kunci celengan dipegang orang tua. Setiap hari kita memberikan uang kepada mereka misalnya 2,000 rupaih dalam lembaran seribu-seribu rupiah. Kita melihat apa reaksi anak kita setelah menerima uang tersebut. Apakah anak itu menghabiskan semuanya untuk jajan di sekolah atau setiap hari ia menabung 1,000 rupiah pada celengan dan 1,000 untuk jajan. Apabila beliau belum melakukannya maka kita mengajarkannya dengan penuh kesadaran dan tanpa kekerasan. Ia hendaknya membiasakan diri untuk menabung dulu pada celengan sebelum yang sisanya untuk berbelanja.

Untuk nilai akan naik sesuai dengan kebutuhan namun satu hal yang mau kita tanamkan adalah menabung dulu di celengan baru berbelanja sesuai rumus :PENDAPATAN - TABUNG = BELANJA.
Rumus ini kelihatannya singkat dan mudah namun dalam pelaksanaannya kadang membutuhkan perjuangan yang tak kenal lelah sebab BUTUH SUATU PERUBAHAN PARADIGAM (MINDSET) BERPIKIR dari sebelumnya yang senantiasa mengpraktekkan PENDAPATAN - BELANJA = TABUNG sehingga tidak pernah tabung-tabug juga bahkan penghasilan jutaan rupiah tiap bulan namun akhir tahun, tidak pernah ada tabungan.

selamat berpraktek semoga sukses! Tidak ada yang mustahil apabila ada kemauan, tekad dan kerja cerdas.
Read more...

Selasa, 13 Maret 2012

Tips Mendirikan Koperasi Kredit/Credit Union

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Mei 1997. Suatu start waktu, penulis mulai melibatkan diri secara teknis dalam upaya memberdayakan masyarakat akar rumput melalui koperasi kredit atau credit union di wilayah Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo (yang mekar 8 Desember 2006 dari induknya Kabupaten Ngada). Penulis tidak memiliki bekal yang cukup di perguruan tinggi sebab berbalik 360 derajat dari panggilan untuk menjadi penjala manusia "terjerumus" pada pemberdayaan bisnis yang berhati nurani meski tidak beda jauh jauh amat sebab di sana kumpulan orang lebih diutamakan ketimbang modal. Modal atau uang cuma sebagai sarana.

Waktu terjun aktif di sana, penulis menemukan berbagai suka dan duka apalagi memang dunia koperasi kredit saat itu di wilayah ini sedang mengalami masa krisis. Ada krisis kepercayaan anggota dan masyarakat terhadap dunia perkoperasian kredit lantaran ada satu dua kopdit yang bubar tanpa penyelesaian yang positif.

Dibalik berbagai masa krisis ini, muncul suatu tekad untuk membaharui dan membenah demi kemajuan dan keberlanjutan lembaga koperasi kredit yang masih sempat bertahan dan diselanatkan. Upaya keras yang dilandasi dengan doa, mulai nampak tanda-tanda perubahan dan kemajuan.

Koperasi kredit mulai tumbuh secara luar biasa sejak tahun 2001 dan tahun 2008 hingga saat ini seperti mendapatkan masa emasnya. Pertumbuhan anggota dan aset sungguh signifikan. Untuk total 47 koperasi kredit yang berpayung pada Puskopdit Flores Mandiri per 31 Desember 2011 mencapai 87 ribu lebih dan aset Rp 465 miliar lebih. Suatu perkmbangan fenomenal meski belum apa-apa dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.

Dalam perjalanan menikmati pertumbuhan dan perkembangan memngembangkan koperasi kredit, ada pertanyaan teman-teman yang juga mengembangakan lembaga yang sama namun belum mencapai hasil optimal. Pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana awal mendirikannya, bagaimana cara mengembangkannya, bagaimana mengatasi kredit macet dan pertanyaan menggelitik lainnya (sharing pengalaman) bahwa mereka pernah mengalami kerugian akibat sejumlah uang dalam jumlah besar dibawa lari oleh petugas (karyawan).

Mungkin penulis tidak bisa menjawab semuanya dalam satu tulisan ini. Penulis meringkasnya agar bisa memberkan sedikit obat peneguahan untuk terlibat memberdayakan masyarakat akar rumput dengan mengandalkan kekuatan dari masyarakat sendiri.

Sahabatku,
Awal mendirikan koperasi kredit/credit union, hendaknya kita memiliki semacaram visualisasi apa yang dibuat dengan lembaga yang mau kita dirikan. Bahasa Steven Covey, "Beginning with the end". Awal mendirikan, kita harus sudah membayangkan bagaimana akhirnya atau hasilnya. Pengalaman penulis yang singkat, bahwa membangun koperasi kredit hendaknya kita mengandalkan segala sesuatu termasuk modal perputaran dari anggota melalui simpanan dasar seperti: simpanan pokok (disesuaikan dengan kemampuan keuangan masyarakat setempat tapi kami di sini Rp100.000) selama menjadi anggota, simpanan wajib yang wajib setor bulanan Rp10.000 dan simpanan kapitalisasi sesuai kemampuan anggota, disamping itu semacam uang administratif dalam bentuk uang pangkal Rp10.000/orang.

Namun untuk menjadi anggota, masyarakat (calon) hendaknya diberi pendidikan dasar 7 jam koperasi kredit dengan materi andalan: Ansos (Analisa Sosial), sejarah koperasi kredit, jati diri koperasi kredit, P3K, Struktur organisasi serta Usaha dan Pelayanan Kopdit. Materi-materi ini lebih menekankan perubahan cara berpikir (mindset) calon agar lebih berpikir produktif ketimbang konsumtif serta meningkatkan kesadaran menabung.

Pendidikan dasar diikuti dengan pendidikan lanjutan serta pendidikan spesialisasi mengenai perencanaan keuangan, peningkatan aset pribadi, kecerdasan keuangan (financial literacy), manajemen keuangan, manajemen kepemimpinan, manajemen perkreditan, manajemen usaha dan BIS (business information system).

Pendidikan hendaknya menjadi urat nadi gerakan koperasi kredit yang dilaksaanakan secara terprogram dan teratur. Jika anggota sudah sadar, koeperasi kredit bisa membuka produk non saham sesusai kebutuhan anggota dan kemampuan manajerial (perlu ada pembagian yang tegas, pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajer sebagai pelaksana operasional).

Tidak kalah penting, koperasi kredit hendaknya memiliki kantor atau sekretariat yang tetap dan strategis, mudah dijangkau agar menarik masyarakat dan mau bergabung dengan koperasi kredit bersangkutan.

Sebagai lembaga kuangan tentu ada kendala kredit macet. Kita dulu biasa dengan jaminan watak si peminjam namun karena kemajuan zaman maka watak sudah bisa diperhitungkan lalu kita ada garansi sertifikat tanah, barang bergerak namun juga mengalami kendala dalam mengeksekusi karena harus berhadapan dengan pengadilan. Butuh banyak energi, usaha dan uang namun eksekusi lapangan tidak segera terjadi.

Kini, kami mengalihkan dengan garansi simpanan calon peminjam baik saham maupun non saham, suami-isteri ataupun anak-anaknya. Akumulasinya menjadi jumlah pinjaman. Memang tidak menjawab kebutuhan pinjaman tetapi kita melatih anggota bertanggungjawab terhadapa keuangannya sendiri baru kita tingkatkan agar dia bisa mengelola uang orang lain.

Mengenai karyawan/petugas lapangan yang melarikan uang organisasi maka kami biasanya memperketat saat perekrutan awal dan calon karyawan harus menyerahkan jaminan berupa ijazah asli atau barang agunanan yang segera bisa dijadikan uang apabila dia melakukan manipulasi atau melarikan diri.

Kita juga membudayakan audit secara internal maupun eksternal untuk menjamin transparansi pengelolaan dan kejujuran dalam memenej uang anggota yang puluhan bahkan ratusan miliar serta sekarang ada kopdit yang menargetkan mencapai 1 triliun hehehehe

Dengan demikian, kita berharap anggota sejahera, manajer dan karyawan bekerja dengan nyaman dan organisasi koperasi kredit/credit union bisa besar, kuat, sehat dan profesional.
Read more...

Kamis, 01 Maret 2012

Sambutan RAT Primer

SAMBUTAN PUSKOPDIT FLORES MANDIRI
PADA SAAT RAT XXIII
KOPERASI KREDIT WREDATAMA (KOPTAMA) NGADA
BAJAWA, 03 MARET 2012

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Yang terhormat: ....
Singkatnya hadirin yang kami muliakan …
Sebagai insan beriman, patutlah kita menyampaikan puji syukur dan terima kasih berlimpah kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan penyelenggaraan-Nya sehingga kita keluarga besar Koperasi Kredit Wredatama (Koptama) dapat melewati tahun buku 2011 dengan berbagai suka duka yang dialami dan melangkah ke tahun buku 2012 dengan penuh kepercayaan diri untuk membangun koperasi kredit ini lebih sehat, kuat dan profesional serta semua anggota bisa meraih kesejahteraan.

Bapak/Ibu Undangan, peserta RAT yang terhormat,
Hampir tiap tahun kita senantiasa mengakhiri kegiatan tahunan dengan mengadakan rapat anggota tahunan (RAT). Rapat Anggota Tahunan merupakan wujud nyata asas demokrasi dan media pertanggungjawaban pengurus-pengawas atas apa yang telah dilakukan pada tahun buku 2011 serta merancang komitmen perubahan yang akan kita lakukan pada tahun buku 2012.

Koperasi Kredit kita telah dibentuk 23 tahun lalu, tepatnya tanggal 06 April 1989. Pertanyaan kritis yang menggelitik kita semua, “Apakah koperasi kredit kita telah menjadi lembaga pemberdayaan yang bertahan kini dan sepanjang masa?” Kopdit yang dapat bertahan kini dan sepanjang masa menurut Tung Desem Waringin, salah seorang pakar revolusi keuangan (Financial Revolution) adalah Kopdit WIN-WIN dan WIN (MENANG-MENANG DAN MENANG).

Win pertama adalah kita harus pastikan bahwa anggota win (menang, sejahtera lahir dan batin karena bergabung dengan keluarga besar Koperasi Kredit Wredatama (Koptama). Apabila anggota sudah win maka win yang kedua adalah manajer dan para karyawan yang mengabdi siang dan malam di lembaga ini menyangkut kompensasi, salari, perlindungan dan tunjangan setelah pension agar manajer dan para karyawan bisa bekerja dengan tenang tanpa mau melompat ke lembaga lain yang lebih ‘gemuk”. Win ketiga adalah para pengurus, pengawas dan penasihat menyangkut penghargaan, biaya transport dan jasa akhir tahun agar mereka memberikan yang terbaik dari potensi yang mereka miliki dan win keempat adalah masyarakat. Kehadiran koperasi kredit Wredatama todak boleh merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dalam kerangka WIN-WIN dan WIN dimaksud, koperasi kredit kita per 31 Desember 2011, mampu menjaring anggota sebanyak 1.659 orang, simpanan saham Rp7,5 miliar lebih, Simpanan Non Saham Rp2 miliar lebih, Pinjaman beredar Rp9,9 miliar lebih dan kekayaan Rp12,4 miliar lebih. Disamping itu, koperasi kredit ini secara progresif melakukan perubahan-perubahan menuju pengelolaan profesional seperti tempat pelayanan yang nyaman, manajer dan staf yang terampil melayani anggota setiap hari kerja, peralatan dan sistem komputerisasi yang meningkatkan citra pelayanan kepada anggota dan masyarakat sekitar, pengurus, pengawas, penasihat dan manajer yang terus meningkatkan kemampuan di Puskopdit Flores Mandiri, Inkopdit maupun tingkat asia (mari kita tepuk tangan bersama).

Kendati demikian kemajuan-kemajuan dan hasil-hasil yang telah kita nikmati tidak membuat kita cepat berpuas diri sebab musuh terbesar kemajuan sebuah organisasi keuangan termasuk koperasi kredit adalah puas diri dan tidak mau berubah sesuai perubahan yang terus terjadi.

Bapak/Ibu Undangan, peserta RAT yang terhormat,

Suroto, seorang Ketua Lembaga Studi Pengembangan Koperasi Indonesia pernah menulis, agar koperasi kredit kita dapat berkembang menjadi koperasi kelas dunia atau dalam bahasa bisnis WIN-WIN dan WIN perlu memenuhi persyarat-prasyarat sebagai berikut:
Prasyarat Pertama: Hendaknya kita tetap mempertahankan dan tunduk pada prinsip, jati diri dan nilai-nilai yang dioperasionalisasikan dalam rangkulan tiga pilar koperasi kredit yakni swadaya, pendidikan dan solidaritas. Kemandirian membuat kita tidak menggantungkan pengelolaan dan perputaran modal usaha pada lembaga lain, pendidikan membuat kita mampu dan sadar berkoperasi sehingga tidak ada lagi kredit macet sementara solidaritas membuat kita kuat dalam satu keluarga untuk saling bersetia kawan, rajin menabung, rajin meminjam dan rajin mengembalikan pinjaman. Satu rupiah pinjaman yang tidak kita kembalikan, secara tanpa sadar kita telah membunuh 1.658 anggota lain belum lagi seluruh anggota keluarganya.

Prasyarat Kedua : Menjaga aset anggota dengan meminimalisir kredit macet atau kredit bermasalah. Ada banyak cara untuk melakukannya namun satu hal yang juga menjadi perhatian adalah hendaknya pengurus dan anggota mulai mempertimbangkan pelayanan pinjaman setara jaminan. Jaminan dimaksud adalah simpanan saham anggota bersangkutan, simpanan non saham anggota bersangkutan, simpanan isteri/suami dan anak-anak baik saham maupun non saham sehingga apabila anggota peminjam tertentu mengalami macet dalam pengembalian, pengurus dan manajer bisa melakukan kontra pos tanpa merugikan organisasi dan anggota lain. Kebijakan ini juga menjaga agar anggota tidak melakukan pinjaman spekulasi yang merugikan diri sendiri, keluarga, anggota dan lembaga koperasi kredit yang kita cintai ini.

Prasyarat Ketiga: Koperasi kredit harus mulai keluar dari citra sebagai fungsi pelengkap dan sampingan ketimbang sebagai pelaku utama. Memposisikan koperasi kredit “kecil itu indah” bukan saatnya lagi apalagi menganggap hanya usaha sampingnan dan bahkan hanya dijadikan sebagai tempat mengemis bantuan kepada pihak lain maupun pemerintah yang pada akhirnya menjadikan citra koperasi kredit semakin terpuruk. Sebastianus Hayong, Ketua Devisi Pendidikan KSP Wisuda Guna Raharja Denpasr pernah menulis, “Kita perlu menjauhi sikap BEJ : Blame (suka menyalahkan, fungsionaris dan anggota kopdit tidak pernah belajar dari kegagalan, suka merasa benar sendiri, merasa diri hebat dan akhirnya tidak perlu bertindak), Excuse (suka beralasan, dapat dipastikan fungsionaris dan anggota kopdit tidak berbuat apa-apa. Kata-kata yang selalu muncul “terlalu tua, cuma lulusan sd/smp, tidak berbakat, tidak punya keterampilan, dan beribu alasan lainnya yang membuat dia tidak melakukan sesuatu), Justify (suka membuat pembenaran, fungsionaris dan anggota jenis ini suka menutupi kelemahan atau kemalasan untuk berubah menjadi lebih baik dengan membenarkan keadaan sebagai sesuatu yang wajar).”

Hadirin yang yang kami hargai …
Untuk mampu memenuhi prasyarat-prasyarat di atas maka kita perlu menerapkan rumus 5 I yang diusulkan oleh Jaya Suprana, pengusaha Jamu Indonesia menulis:
I Pertama : Informasi. Setiap organisasi koperasi kredit harus berusaha menyerap sebanyak mungkin informasi. Informasi ini kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk kepentingan koperasi kredit baik ketahanan, keberlanjutan dan pengembangan. Tanpa informasi kita akan kalah bersaing dan kurang mampu berkembangan secara cepat.

I Kedua: Intelegensi (kecerdasan). Untuk menjalankan koperasi kredit yang sukses dibutuhkan kecerdasan untuk memilih peluang-peluang yang lewat bagi kemajuan lembaga dan kesejahteraan anggota. Pilihan pada peluang yang ditawarkan hendaknya berbasis informasi dan data-data yang telah dikumpulkan secara akurat.

I Ketiga: Intuisi. Koperasi kredit hampir setiap detik perjalanan hidup mengambil keputusan. Keputusan diambil selain berbasiskan intelek tetapi juga intuisi atau naluri agar koperasi kredit tidak rugi seperti dalam hal kerjasama dengan pihak lain atau menerima dana dari lembaga lain selain dari jejaringan atau pun keputusan menginvestasi uang koperasi kredit pada lembaga lain hanya karena pengaruh iklan atau hipnotis.

I Keempat: Inisiatif. Koperasi kredit kita tidak akan bertumbuh dan berkembang apabila tidak ada inisiatif untuk melakukan sesuatu yang lebih progresif. Inisiatif yang dilakukan oleh pengurus periode ini adalah melakukan kebijakan untuk menerima anggota selain masyarakat pensiun.

I Kelima: Immanuel atau insya Allah. Koperasi kredit harus siap untuk berhasil dan gagal. Tidak ada organisasi yang selalu berhasil. Kita jangan sombong karena kehebatan kita sebab kesuksesan adalah kehendak Tuhan. Tuhan, Immanuel, senantiasa menyertai kita.

Bapak/Ibu Undangan, Peserta RAT yang terhormat …
Kemajuan, keberhasilan koperasi kredit ini karena partisipasi dan dukungan kerjasama semua kita. Para anggotalah penentunya. Untuk itu, Puskopdit Flores Mandiri patut menyampaiakan terima kasih berlimpah untuk kerja keras semua komponen dalam rangka menumbuh-kembangkan Koptama seperti yang kita nikmati saat ini. Puskopdit juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan semua pihak yang telah ikut mendorong dan memberikan iklim yang kondusif bagi peningkatan ekonomi masyarakat terutama para lansia melalui Koperasi Pensiunan Wredatama (Koptama) Ngada. Akhirnya, Puskopdit menyampaikan permohonan maaf apabila selama ini perhatian dan pendampingan Puskopdit Flores Mandiri pada Koptama belum memuaskan.

Sekian dan terima kasih.
Read more...