Rabu, 02 September 2009

Pelatihan Kompetensi Manajer Kopdit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit dan pusat koperasi kredit (Puskopdit) dari sisi keanggotaan dan kekayaan secara nasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan akhir-akhir ini. Pertumbuhan yang super cepat itu hendaknya didukung dengan kompetensi para pengelolanya terutama manajer atau general manajer (CEO: Chief Executif Office versi ACCU) sebagai epicentrum atau penaggungjawab utama operasional organisasi kita yang berlandaskan kemandirian, pendidikan dan solidaritas. Demikian suara Edy Subagio yang mewakili Pengurus dan Manajemen Inkopdit menggelegar dihadapan 44 peserta Pelatihan Kompetensi Manajer Koperasi Kredit Regio Timur di Aula Pusdiklat Puskopdit Bekatigade Timor-Kupang, tanggal 02 – 09 Agustus 2009.


Senada dengan itu, Chris Polo; Sekretaris Pengurus yang mewakili Pengurus Puskopdit Bekatigade Timor dalam acara pembukaan menyatakan bahwa semakin banyak orang terlibat pada jasa keuangan koperasi kredit dengan kemajuan yang cukup pesat sesungguhnya menjadi tantangan sekaligus peluang agar kita siap diri untuk menjadi pemenang di arena kompetisi bisnis. Lebih lanjut Polo menegaskan bahwa patut disadari seorang manajer sebagai ujung tombak untuk memajukan kopdit/puskopdit. Dengan demikian manajer juga harus kuasai hal-hal teknis.

“Disini kita saling sharing untuk dijadikan panduan bagaimana cara terbaik mengelola kopdit secara profesional. Diharapkan setelah pelatihan kompetensi manajer, para peserta bisa membawa oleh-oleh kompetensi yang baik untuk membangun puskopdit/kopdit yang lebih besar, kuat dan aman”. Beliau juga atas nama pengurus Puskopdit Bekatigade Timor menyampaikan ucapan selamat datang dan mohon maaf kepada peserta apabila ada kekurangan terutama besarnya ruangan pelatihan yang agak terbatas.

Ke-44 peserta pelatihan terdiri atas 21 utusan dari Puskopdit Swadaya Utama Maumere dibawah koordinasi ade Nong Baba, 12 utusan dari Kupang, Alor dan Rote, 4 utusan dari Maluku Utara (Kopdit AHA asuhan Romo Carrol), 5 utusan dari Puskopdit Manggarai Raya dan 2 utusan dari Ende-Ngada-Nagekeo. Mereka bagaikan ribuan warna bunga dengan kelebihan dan kelemahan yang menghiasi taman pelatihan untuk mendongkrak kompetensi manajer dan calon manajer gerakan koperasi kredit yang handal dan dapat dipercaya.

Pelatihan itu sendiri difasilitasi FX. Ari Setiawan (penanggungjawab) didukung para fasilitator muda: Edy Subagio (ES), Arina Kusuma Dewi (AKD), Abraham M. Paulson (AMP) dari Inkopdit-Jakarta serta fasilitator “terbang” Fl. Frediyanto (General Manajer Kopdit Obor Mas-Maumere)serta disokong kuat oleh panitia lokal; nona Lucy dan mas Yanto dari Puskopdit Bekatigade Timor-Kupang.

Pelatihan Kompetensi diawali dengan Orientasi Pelatihan yang dibawakan oleh FX. Ari Setiawan, Kabid Pendidikan Inkopdit setelah perkenalan peserta dan penetapan kesepakatan tata aturan selama kegiatan berlangsung. Yang menarik bahwa peserta yang melanggar aturan dikenakan sangsi pembayaran keuangan mulai dari Rp. 5000 s/d 50,000 dilihat dari besar kecilnya pelanggaran. Ari Setiawan dalam orientasinya menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, hasil yang diharapkan serta modul-modul materi pelatihan yang dijalankan selama 1 minggu.

Ke-8 modul kompetensi manajer yang diadaptasi dari modul CUCCC-ACCU adalah: Manajemen Dasar Kopdit, Perencanaan Strategis, Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Pemasaran, Manajemen Resiko, Tata Kelola Kopdit yang Baik, Manajemen Perkreditan dan Manajemen Keuangan.

Menurut Ari Setiawan; perkembangan anggota, simpanan saham dan non saham dan aset koperasi kredit secara nasional memang cukup pesat dan nyata. Data nasional per 31 Desember 2008 menunjukkan angka-angka: ada 947 primer dengan jumlah anggota perorangan 1,154,208 orang, simpanan saham Rp. 1,4 triliun, non-saham: Rp. 3,4 triliun, pinjaman beredar Rp. 4,6 triliun, dana cadangan Rp. 128 miliar serta aset Rp. 5,7 triliun. Pertumbuhan naik 40% dari tahun 2007.

Pertumbuhan keuangan koperasi kredit yang mengelola keuangan masyarakat demikian pesat namun memiliki resiko yang cukup besar juga. Dalam menghadapi resiko yang akan timbul maka diperlukan orang-orang yang kompeten. Kompeten atau kompetensi adalah kombinasi antara ketrampilan (skills), atribut personal dan pengatahun (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (attitude) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Untuk mencapai itu semua harus diadakan suatu pendidikan dan pelatihan. Dalam nada ini, pelatihan kompetensi manajer dilaksanakan.

Dalam sesi Manajemen Dasar Kopdit, Ari menjelaskan tentang defenisi, ruang lingkup dan apa keinginan pengurus, manajer (staf) serta anggota. Manajemen adalah seni untuk merencanakan, mengorganisir, mengimplementasi dan mengawasi sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan bersama. Manajer sebagai top-management harus peka terhadap kebutuhan anggota, staf dan pengurus (pengawas, penasihat).

Beliau juga menjelaskan ruang lingkup atau fungsi-fungsi manajemen yakni perencanaan (memikirkan rencana apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki: ingat orang tidak menilai rencana atau pikiran tetapi tindakan), pengorganisasian (menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi, selaras dan efektif), penggerakkan (tindakan untuk menggerakkan segala sumber daya agar mencapai sasaran secara optimal), pengawasan (tindakan manajer untuk menilai pencapaian kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan).

Untuk bisa menjalankan tugas secara sukses maka manajer perlu memiliki ketrampilan teknis, ketrampilan konseptual dan ketrampilan komunikasi. Melengkapi berbagai ketrampilan demikian, manajer juga harus paham tipe atau gaya kepemimpinan sesuai staf yang ia hadapi. Peserta dibekali dengan test untuk mengetahui gaya kepemimpinannya yakni Telling, Selling, Participating dan Delegating dengan skor jika mendapat nilai 30-36: sangat tinggi, 24-29: moderat dan 0-23: perlu peningkatan untuk mampu menyesuaikan gaya. Saya sendiri mendapat nilai akumulatif : 19 artinya masih perlu belajar banyak untuk menjadi manajer yang efektif dan berhasil.


Kelompok "Manuhara": primadona pelatihan !

Sesi berikutnya kami ditawarkan materi perencanaan strategis oleh fasilitator cantik Arina Kusuma Dewi (AKD). Ia memulai dengan meminta peserta membuat puri di udara secara berkelompok untuk mengetahui ketrampilan perencanaan dan hal-hal teknis yang harus dilakukan manajer. Ada berbagai ragam hasilnya. Ada yang tinggi sekali tetapi fundasinya tidak kuat. Ada yang fundasinya kuat tetapi purinya rendah sekali. Ini menunjukkan perbedaan pengatahun, ketrampilan dan keuletan masing-masing manajer di lapangan bakhti dengan aneka ragam tantangannya. Ada banyak penjelasan tentang Perencanaan Strategis seperti yang telah kita peroleh bahkan kita buat selama ini seperti: pra-perencanaan, analisa swot, pernyataan visi-misi, tujuan jangka panjang, sasaran jangka pendek, rencana strategis, rencana taktis, anggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sebagian peserta bisa membuat PS secara baik tetapi ada juga yang masih butuh bimbingan dan pembelajaran lebih lanjut.

Materi Manajemen Sumber Daya Manusia difasilitasi oleh auditor Inkopdit, Edi Subagio. Cakupan penjelasannya cukup luas dan lengkap. Yang menarik bahwa ia menyinggung SDM dalam takaran atau standarisasi accesbranding serta dalam tinjauan UU Koperasi No. 25 Tahun 1992.

Ari Setiawan melanjutkannya dengan sesi Marketing. Ia membuka dengan permainan 3 vs 3 secara berhadapan dengan 1 orang sebagai pembatas serta meminta peserta sebagai manajer memberi petunjuk: setiap orang hanya boleh melangkah ke depan 1x dan tidak boleh mundur sampai akhirnya 3 orang sebelahnya berada secara berurutan pada tempat ke-3 orang disebelahnya. Semua peserta mencoba memberikan komando tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Nampaknya sulit ternyata bisa dilakukan secara sukses oleh mas Ari. Marketing atau pemasaran adalah mencari sesuatu yang unik atau berbeda. Ia juga menyinggung tentang service excellent.

Ada 3 tingkatan servis atau pelayanan yakni servis dasar: servis minimal, servis sesuai harapan anggota dan servis melebihi harapan anggota. Servis melebihi harapan anggota itulah service excellent. “Manajer mau pilih tingkatan servis yang mana...?” tanya Ari menantang peserta.

Kami juga dibekali secara berturut-turut dengan materi Manajemen Resiko serta sharing SDM oleh Fl. Frediyanto, Perpajakan Kopdit oleh Edi Subagio, Tata Kelola yang Baik oleh Ari Setiawan, Manajemen Perkreditan oleh Edi Subagio, Manajemen Keuangan oleh Edi Subagio yang dilengkapi dengan Pembuatan Arus Kas oleh Abraham M. Paulson (AMP). Materi-materi ini disimpulkan dengan ujian tertulis serta studi lapangan pada Kopdit Serviam-Penfui, Samijaya, Adiguna, Swastisari dan Solidaritas.

Sesungguhnya pelatihan ini sangat membantu para peserta dalam mempersiapkan diri bagi yang belum manajer dan meningkatkan kompetensi dirinya bagi yang sekarang sedang memangku jabatan manajer baik di kopdit primer maupun di puskopdit untuk mengelola organisasinya secara profesional sesuai kompetensi yang dimiliki. Patut disadari bahwa profesionalisme dan kompetensi mampu mengarahkan koperasi kredit/puskopdit untuk berkompetisi secara sehat dan unggul di tengah pacuan bisnis yang super cepat kemajuan dan perkembangan saat ini. Apalagi menghadapi era pasar bebas ... tuntutan kompetensi sudah seharusnya dilakukan.

Namun demikian masih ada saja masukan kritis dari peserta untuk lebih meningkatkan mutu pelatihan agar tidak berhenti pada tataran teoretis namun sudah harus lebih aplikatif sesuai kondisi masing-masing kopdit/puskopdit. Tentu kita ada banyak kepala berarti ada seribu satu cara berpikir atau persepsi yang berbeda. Berbagai masukan kritis tidak melemahkan para fasilitator yang telah bekerja optimal serta mengurangi mutu pelatihan atau ada pikiran sesat bahwa pelatihan itu tidak penting tetapi harus dilihat dalam kerangka membangun sesuatu yang lebih berkualitas dan berkompeten ke depan. Tentu teori atau praktek bagi kita sebagai praktisi koperasi kredit masih harus diperdebatkan karena teori tanpa pratek adalah bohong tetapi praktek tanpa landasan teori yang benar adalah omong kosong.

Maka bijaklah kita menyimak pepatah tua mengatakan,”Kita tidak harus ahli untuk memulai tetapi kita harus memulai untuk menjadi ahli”. Semoga pelatihan ini membawa efek positif peningkatan kompetensi manajer dan calon manajer nusantara yang berdampak pada semakin profesionalnya pengelolaan organisasi kita hari ini terutama pada hari depan.

Tidak berarti juga bahwa pelatihan ini meneguhkan pemikiran yang sedang berkembang dalam gerakan kita akhir-akhir ini yakni mau menciptakan dan mencetak manajer abadi atau manajer seumur hidup tanpa tergantikan dengan satu alasan bahwa yang berhak berkompetisi menjadi calon manajer adalah mereka yang telah lulus pelatihan kompetensi manajer atau versi ACCU dinamakan CUCCC. Penempatan seseorang pada suatu jabatan apapun dalam Koperasi Kredit, Puskopdit, Inkopdit harus tetap berpegang teguh pada kompetensi yang dimiliki atau bahasa pemerintah,
‘The right man on the right place’ atau ‘The right place special for the right man’.


Read more...